Chapter 22 - Bias

64 9 6
                                    

[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Mohon bijak dalam memilih bacaan]

"Aku tidak mengerti ini, Seulgi. Apa yang terjadi?" Tanya Wendy yang kini sudah duduk di sofa ruang kerjanya bersama Seulgi dan Irene.

"Aku juga kaget menerima berita ini dari Yerim. Ia memintaku mengonfirmasinya kepadamu." Jawab Seulgi.

"Ini tidak masuk akal. Bukankah kasus ini juga sudah ditutup? Aku dan Seulgi yang mengurusnya waktu itu, bersama dengan Sejeong juga. Kami benar-benar yakin tidak ada hal lain yang terlewat." Ujar Irene dengan wajahnya yang belum jauh dari ekspresi khawatir.

"Apa kau tidak ingin menanyakan ke ayahmu? Tidak mungkin berita ini belum sampai ke Paman Shon. Melihat dirinya hanya diam dan bahkan tidak menghubungimu, aku sedikit mencurigainya." Argumen Seulgi cukup masuk akal. Wendy pun mengusap dagunya yang tidak gatal itu hingga terlihat memerah.

"Aku harus pastikan ini ke papa." Wendy pun segera menelpon ayahnya dan disaksikan oleh Seulgi dan Irene. Ia membuka fitur load speaker di ponselnya.

"Ya, Seung Wan?"

"Ehm, pa. Apa papa sibuk?"

"Sedikit. Ada apa? Kau perlu sesuatu?"

"Aku ingin bertanya padamu pa."

"Apa itu?"

"Apa kau mengetahui 2 hari belakangan ada berita yang muncul tentang peristiwa kecelakaan ku?"

Pertanyaan itu tidak langsung mendapat jawaban. Wendy pun menatap Seulgi dan Irene secara bergantian, yang tentu saja mendapat tatapan balik dari mereka juga yang merasa kikuk.

"Ayah? Apa kau masih di sana?"

"Seung Wan, datanglah sekarang ke Kantor Polisi Seoul. Ruang interogasi 5-3."

Jawaban itu membuat Wendy dan kedua orang lainnya terkejut. Mereka bertiga pun bergegas menuju kantor polisi.

Setibanya mereka di ruang interogasi yang disebutkan Taeyon, mereka dikagetkan dengan orang yang saat ini sedang duduk di hadapan detektif sambil terus menangis.

"Ayah! Apa yang terjadi dengan Sejeong?"

"Dengarkanlah pengakuan darinya Seung Wan. Kau datang di saat yang tepat."

Wendy pun melihat ke arah Sejeong di balik kaca. Seulgi dan Irene juga berada di belakangnya, menyaksikan Sejeong yang menangis tersedu.

"Maafkan aku. Aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Aku terpaksa meminta orang suruhanku untuk menabrak Wendy." Sejeong berkata dengan nadanya yang masih saja bergetar.

"Kau pikir ini akan menjadikanmu pahlawan bagi Wendy?" Gertak Detektif Lee yang terlihat sedikit emosi.

"Aku hanya ingin melindunginya dari Eunbi dan para pesuruhnya. Banyak hal yang bisa ku buktikan, bahwa Wendy dan Irene sedang dalam bahaya."

Penjelasan dari Sejeong itu membuat semua yang mendengarnya terkejut. Detektif Lee pun memberikan ruang bagi Sejeong untuk bernafas sejenak, sebelum ia memintanya menjelaskan lebih lanjut.

"Semua berawal dari kejadian di lapangan hockey beberapa tahun lalu. Aku dan Wendy sedang berolah raga di malam hari itu. Hockey bukanlah olah raga favorit Wendy, tapi ia terpaksa karena menghindari Eunbi yang sebelumnya tak sengaja ada di lapangan basket yang sama dengan Wendy. Di lapangan hockey itu lah aku menangkap ada raut berbeda dari wajah Eunbi, saat dirinya mendapati Wendy sedang berduaan dengan Irene. Beberapa hari setelahnya, hubungan Wendy menjadi tidak baik dengan Irene, hingga akhirnya ia memutuskan menyusul Irene ke Moskow. Saat mengantarnya di bandara, kami menemukan suruhan SOHO group yang berusaha menguntit Wendy." Jelas Sejeong.

The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang