[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Mohon bijak dalam memilih bacaan]
"Seung Wan-ah, bangunlah..kau harus bersiap ke kantor." Irene menggoyangkan pelan tubuh kekasihnya yang masih setia mendekap tubuhnya.
"Eungh..biarkan aku seperti ini satu jam lagi..aku akan minta maaf ke Sejeong nanti. Aku masih ingin bersamamu."
"Tapi aku juga harus bersiap menemui managerku, Seung Wan."
"Aku akan mengantarmu nanti." Jawab Wendy singkat dengan mata yang masih terpejam.
Irene pun hanya bisa pasrah karena lelakinya itu terus mengeratkan pelukannya. Keduanya saling menghangatkan tubuh masing-masing.
"Joo Hyun, aku ingin bersamamu seperti ini setiap pagi."
"Hm? Mengapa tiba-tiba mengatakan hal seperti ini?"
"Aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Aku ingin terus bersamamu. Melindungimu di mana pun kau berada. Tidak akan ada yang bisa menyentuhmu, meski hanya dengan berita palsu. Aku akan melindungimu dari semua itu."
"Ah Seung Wan-ah, ada yang ingin aku katakan. Hal yang semalam ku bicarakan. Apa kau mau mendengarnya?"
"Tentu. Bicaralah sepanjang yang kau mau. Aku akan mendengarkan." Ucap pria yang masih tetap memejamkan matanya sambil menikmati tiap detik bersama kekasihnya.
"Sebenarnya, ada yang perlu kamu ketahui soal kecelakaan yang menimpamu."
"Hm? Apa ada sesuatu yang belum ku ketahui? Ah..benar juga, beberapa waktu lalu Sejeong bilang kau yang memberitahunya pertama kali kalau aku kecelakaan. Apa ini soal itu?" Wendy kini telah membuka kedua matanya, siap untuk mendenharkan cerita Irene.
"Ehem..y-ya, ada kaitannya."
"Baiklah, aku akan mendengarmu."
"Jadi, sebenarnya kau pergi ke bandara karena saat itu kau akan menyusulku ke London. Tapi kau terlalu terburu-buru, bahkan kau melewati 3 lampu merah secara sengaja. Sayangnya di lampu merah ke 4, kau tidak berhasil memperhitungkan, dan terjadilah kecelakaan itu."
"Tunggu, aku menyusulmu ke London, itu hal yang biasa ku lakukan. Tapi kenapa aku terburu-buru sampai harus melewati lampu merah secara sengaja seperti itu? Aku tidak pernah melanggar peraturan lalu lintas." Wendy meregangkan pelukannya. Matanya kini menatap ke arah kekasihnya.
"Kau terburu-buru karena..ehm..aku terkena skandal. Skandal perselingkuhan. Saat itu Sejeong menyampaikan padamu terkait berita itu yang sudah tersebar di Korea. Karena kau sangat khawatir, kau menyusulku dengan terburu-buru. Saat itu kau memintaku untuk tidak memutuskan telepon sampai kau boarding. Di situlah, aku mendengar suara tabrakan yang sangat keras dan teriakan orang-orang supaya memanggil ambulance, sebelum akhirnya teleponku terputus. Aku langsung menghubungi Sejeong untuk mencarimu..dan akhirnya kau.."
"Jadi ini yang menggangguku. Aku pasti trauma akan hal itu, karena aku tidak tau cerita ini. Ternyata emosi itu yang aku pendam Joo Hyun. Aku belum menuntaskan pertanyaan yang terlintas di kepalaku kala itu."
"Kau pasti ingin mendengar penjelasan dariku secara langsung saat itu. Sehingga membuatmu terburu-buru ingin menyusulku ke London."
"Maaf..aku tidak bermaksud tidak mempercayaimu, Joo Hyun. Semua di luar kendaliku."
"Tidak. Aku yang harusnya meminta maaf, tidak memberitahumu lebih awal semua kronologi ini. Seharusnya kau tidak perlu merasakan emosi seperti ini. Tapi ego yang menutupiku untuk mengungkap kebenaran ini justru membuatmu merasakan emosi yang tak seharusnya keluar. Aku benar-benar minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road
RomanceSemuanya terasa asing bagi penglihatanku, tapi entah mengapa hatiku merasa ini semua begitu familiar. Jalan ini terus membuatku melangkah, meski terkadang aku tersadar langkahku tak membuatku berpindah dari titik awal. Aku sempat jalan di tempat, me...