Kesehatan Wendy pasca menemui Eun Jae di kantornya belum membaik juga. Sudah 2 hari sejak saat itu, Wendy merasakan tubuhnya semakin melemah. Ia pun memutuskan untuk bekerja dari rumahnya, dengan didampingi oleh Sejeong.
"Seung Wan, kau yakin tidak perlu dibawa ke rumah sakit? Atau setidaknya kita perlu meminta perawatan di rumah dengan dokter Eun Jae." Usul Sejeong yang saat ini sedang membawakan makan siang ke dalam kamar Wendy.
Saat ini Wendy benar-benar membutuhkan bedrest. Staminanya kembali drop. Dalam 2 hari terakhir ia tidak bisa beristirahat dengan benar, sehingga membuat kesehatannya sulit untuk berangsur pulih.
"Aku ragu bisa melakukan semua yang diminta oleh dokter Eun Jae. Di sisi lain, dokter Mido sedang bersama mama di Afrika. Aku bingung Sejeong."
"Seung Wan, aku tau kau tidak bisa menceritakan masalahmu ini kepadaku, tapi aku ingin memberimu saran, sebaiknya turuti kata dokter. Mungkin kau bisa lebih baik. Aku tau kau sudah menyelesaikan semua pekerjaanmu, dan kita tinggal menunggu tanggapan dari hasil penilaianmu. Tapi waktumu untuk beristirahat juga tidak bisa lebih panjang dari 3 hari. Kita akan segera menjadwalkan pertemuan tinjau produk minggu depan."
"Aku tau, Sejeong. Baiklah akan aku coba nanti."
"Hubungi aku kalau kondisimu memburuk. Ingat, jangan kau ulangi lagi kejadian yang lalu, aku tidak bisa lagi merasa hampir kehilanganmu, Seung Wan."
Wendy mengangguk. Wajahnya masih terlihat sangat lemas. Sejeong pun akhirnya meninggalkan Wendy di kamarnya. Ia berharap pria itu bisa sedikit dewasa, dan tidak keras kepala seperti saat ia mengalami peristiwa buruk pasca rawat jalan kejadian kecelakaannya.
***Flashback***
"Seung Wan!" Sejeong sangat terkejut ketika ia mendapati Wendy yang terduduk di lantai ruang kerjanya sambil menyandarkan tubuh di sofa.
Mata Wendy terpejam, terlihat keringat membasahi seluruh tubuhnya, bahkan kemejanya terlihat sangat basah.
"Yaaaah, Seung Wan bertahanlah!" Sejeong berusaha menepuk-nepuk pipi Wendy perlahan sambil menghubungi ambulans.
Tak lama berselang, sebuah ambulans datang dan Wendy diangkut melalui jalur VVIP di gedung miliknya. Dengan didampingi oleh Sejeong, Wendy dengan segera dibawa ke rumah sakit milik keluarga ibunya.
Setelah Wendy mendapat penanganan pertama di IGD, kini ia sudah berada di ruang rawat VVIP. Taeyon dan Tiffany pun juga berada di ruangan tersebut, memandangi wajah anaknya yang masih tertidur. Wajahnya terlihat pucat pasi.
"Sejeong, apa yang terjadi sampai Seung Wan seperti ini?" Tanya Tiffany dengan raut wajahnya yang terlihat sangat khawatir.
"Aku tidak bisa memastikan dengan jelas. Aku menemukan Seung Wan sudah terduduk di lantai saat aku akan meminta persetujuan dokumen padanya. Tapi belakangan memang ia terlalu memforsir dirinya untuk menyelesaikan target pekerjanya."
"Apa dia pernah tak pulang saat aku sedang di Thailand, sayang?" Tanya Taeyon kepada istrinya.
"Seingatku tidak pernah. Aku memang ada business trip 3 hari lalu. Tapi di luar agenda itu, aku selalu mengecek kamar Seung Wan, dan dia selalu ada di sana setiap dini hari." Jawab Tiff dengan wajah khwatirnya.
"Seung Wan selalu pulang. Namun memang 6 hari terakhir ia baru menyelesaikan pekerjaan di kantor pukul 2 dini hari, dan pukul 8 pagi ia sudah duduk rapi di meja kerjanya lagi. Lebih baik kita tunggu keterangan dari dokter, tuan dan nyonya Shon."
Taeyon dan Tiffany pun mengangguk.
Beberapa saat kemudian, Dokter Mido akhirnya melkukan visit ke kamar rawat inap Wendy. Saat itu hanya ada Taeyon, karena Tiffany memiliki jadwal operasi, sedangkan Sejeong harus kembali ke kantor untuk mengurus pekerjaan yang ditinggalkan Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road
RomanceSemuanya terasa asing bagi penglihatanku, tapi entah mengapa hatiku merasa ini semua begitu familiar. Jalan ini terus membuatku melangkah, meski terkadang aku tersadar langkahku tak membuatku berpindah dari titik awal. Aku sempat jalan di tempat, me...