[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Chapter ini mengandung kata dan kalimat vulgar. Mohon bijak dalam memilih bacaan. Bagi yang belum cukup umur sangat tidak dianjurkan membaca chapter ini.]
==== Happy reading 🩵 ====
Di tengah suasana kamar yang hanya diterangi lampu temaram, dua sejoli yang sama-sama merasakan gejolak rasa rindu masih enggan menyentuh satu sama lain. Rasa malu mendominasi keduanya, meski sebetulnya yang mereka inginkan bukanlah hal baru. Keduanya merasa bingung bagaimana mengawalinya, sampai akhirnya salah satu dari mereka memutuskan untuk membuka langkah awal.
Irene meyakinkan kekasihnya dengan mengajaknya untuk merasakan detak jantung masing-masing. Degup yang tak beraturan itu bisa mereka rasakan dengan jelas. Perlahan Irene meletakkan tangannya di wajah Wendy, menyusuri setiap bagian menggunakan ibu jarinya, dengan sentuhan yang begitu lembut. Lampu tidur berwarna kuning yang sengaja diredupkan masih bisa membuat mereka melihat wajah pasangannya dengan jelas.
Irene mendapati jantungnya berdegup semakin kencang. Degupan yang datang karena wajah Wendy yang terlihat begitu menggairahkan. Cara lelaki itu memandang dirinya pun terasa berbeda, dengan mata yang sedikit sayu seakan mengisyaratkan ia siap menerkam wanitanya kapan saja.
Jemari Irene yang masih setia menyusuri setiap inci kulit wajah Wendy terpaksa menghentikan gerakannya, ketika jari tengah dan telunjuknya menyentuh bibir merah muda milik prianya.
Seung Wan benar-benar terlihat menggoda malam ini.
Seirama dengan gerak jarinya, kini mata Irene pun terpaku memandangi bibir milik Wendy. Bibir yang kini sedikit terbuka karena gerakan jari telunjuk miliknya yang dengan sengaja menarik bibir bagian bawah Wendy, menghasilkan ruang yang memungkinkan Irene untuk mengisinya dengan bibir miliknya.
Mataku tidak bisa beralih dari bibir Seung Wan. Haruskah aku memulainya sekarang?
Perlahan Irene menyentuh lembut bibir Wendy dengan bibir tipis miliknya. Meski kedua bibir itu sudah sering bersentuhan sebelumnya, nyatanya ketegangan dan suasana malam ini mampu membuatnya terasa berbeda. Getaran singkat terasa di sekujur tubuh keduanya.
Kehangatan yang masing-masing mereka rasakan di bibir itu tak lantas membuat mereka terhanyut dalam diam. Wendy, menginisiasi untuk menggerakkan bibirnya terlebih dahulu, melahap perlahan bibir bawah milik Irene yang lebih tipis dari miliknya itu. Dalam hitungan detik, kini Irene sudah mengubah posisinya menjadi berada di pangkuan Wendy, mendapatkan posisi ternyamannya untuk memberikan balasan ciuman terbaiknya.
Ahh. Bibir Seung Wan terasa lebih manis dari biasanya.
Wendy merasakan wajahnya memanas, dan ia yakin kini wajahnya pasti sudah memerah. Penyebabnya sudah pasti berasal dari perlakuan yang sedikit terasa tiba-tiba dari wanitanya itu. Tangkupan Irene di wajah miliknya turut memberikan rasa hangat, dan menuntunnya untuk merasakan keinginan yang sudah lama ia pendam. Posisi Irene yang saat ini berada di atas pangkuannya juga memberikan sensasi berbeda bagi Wendy di bawah sana.
Kedua tangan Wendy yang terbebas memutuskan untuk menyentuh punggung halus kekasihnya. Kedua tangan itu menyentuh lembut punggung Irene yang masih terbalut piyama tidur. Merasa inginkan kehangatan yang lebih, Wendy pun memasukkan tangannya ke balik piyama itu, merasakan setiap jengkal kulit punggung milik Irene yang terasa begitu halus.
Sentuhannya yang seringan bulu itu memberikan getaran bergairah bagi Irene. Matanya otomatis tertutup karena merasakan sentuhan sensual dari prianya itu. Wanita itu sontak menekan lembut tengkuk milik Wendy, ingin merasakan ciuman yang semakin dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road
RomanceSemuanya terasa asing bagi penglihatanku, tapi entah mengapa hatiku merasa ini semua begitu familiar. Jalan ini terus membuatku melangkah, meski terkadang aku tersadar langkahku tak membuatku berpindah dari titik awal. Aku sempat jalan di tempat, me...