06 | Sayap Pelindung

16.5K 956 24
                                    

HOLA

FOLLOW DULU YA
VOTE AND COMENT JANGAN LUPA

"Semoga kebahagiaan kalian hari ini sederas hujan yang turun ke bumi;)"

🤍HAPPY READING🤍

***

Pukul 01.23 di sebuah rumah mewah, seorang gadis mengendap-endap masuk seperti maling agar tak ketahuan.

Ia masuk lewat jendela yang ia gunakan keluar tadi, rumah itu sudah gelap hanya beberapa lampu ruangan saja yang masih menyala. Gadis itu berhasil masuk dengan aman, ia yakin orang rumah pasti telah terlelap dalam tidur mereka.

"Huh aman" gumamnya.

Saat ia akan melangkahkan kakinya menuju kamarnya tiba-tiba.

Ceklek

Damn, lampu ruangan itu menyala dengan terangnya. Gadis itu terlonjak kaget, dadanya bergemuruh. Panik tentu saja.

Gadis itu melihat sudah ada ayah dan ibunya yang duduk di sofa dengan raut wajah marah. Sedangkan yang baru saja menyalakan lampu adalah saudara tirinya, Elara.

Elara berdiri dengan tangan menyilang di depan dada, ia menyeringai melihat situasi Adhara saat ini.

"Dari mana lo baju darah semua?" tanya Elara, melihat hoodie yang di kenakan Adhara terdapat banyak noda darah.

"I-ini a-aku" Adhara terbata-bata.

"Jangan-jangan lo ngelakuin hal kriminal ya" tuduh Elara.

Ayah tirinya bangkit mendekati Adhara.

"Are you okey sayang?" ujar Herman ayah tiri dari Adhara.

Semua yang ada di ruangan itu kaget, termasuk Adhara. Ayah tirinya itu tak pernah bersikap baik padanya, tapi kenapa malam ini ia menanyakan itu.

Mata Adhara berkaca-kaca, Elara mulai kesal apa maksud dari papanya itu.

Melihat mata Adhara berbinar, tiba-tiba Herman merubah raut wajahnya.

"Itukan yang kamu harapkan dari saya?" ujar pria paruh baya itu.

Plakk

Tamparan mendarat pada pipi mulus Adhara yang kini memerah.Tak cukup satu tamparan kini Herman melayangkan tamparan keduanya.

Plakk

"Mas" ujar Ranti ibu kandung Adhara.

"Kamu benar-benar gak bisa didik anak kamu Ranti, anak tidak tau diri kamu ini sudah seperti hewan" ujar Herman memandang jijik pada Adhara.

Ranti hanya diam tak bisa membantah sang suami, ia sadar jika Adhara hanya menumpang pada suaminya.

Sudut bibir gadis itu mengeluarkan darah, pelipisnya membiru, tamparan kuat itu sudah biasa ia terima. Muak tentu saja, tapi ia tak bisa berbuat banyak.

"Aku bukan hewan pa, aku juga punya hak atas diriku, papa gak berhak memperlakukan aku seperti hewan" lirih Adhara.

"ADHARA" bentak Ranti.

Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang