12 | Luka terdalam

16K 964 82
                                    

HOLA

How Are You Beb?
Kawal terus cerita ini sampai end okeii^^

🤍HAPPY READING🤍

***

Sore ini Adhara tak ada kegiatan lain, jadi ia memutuskan langsung pulang. Sebenarnya sangat malas untuk gadis itu kembali ke penjara berkedok rumah itu.

Saat ia baru saja masuk,  Adhara mendengar suara isakan dari ruang tengah, dan memutuskan untuk melihat apa yang terjadi.

Elara yang sedang terisak dan di peluk erat oleh ibunya, serta ada ayah tirinya yang menatap nyalang kepada gadis berpita itu. Semua orang menatap kehadirannya dengan penuh kebencian.

Ranti, wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibu kandung Adhara itu bangkit dan mendekati Adhara dengan sorot mata tajam.

"Kenapa Ma?" tanya Adhara tak mengerti apa yang terjadi.

Plakk!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus gadis itu, bahkan lebam yang ia dapat kemarin belum sembuh sekarang di tambah oleh luka baru yang bahkan lebih menyakitkan dari luka manapun.

Ibu kandungnya sendiri, baru saja mendaratkan tamparan keras pada pipi putrinya. Luka di sekujur tubuh Adhara bahkan tak sebanding dengan luka di hatinya.

"K-kenapa Ma?, Adhara salah apa?" bibir gadis itu bergetar, matanya kabur, tangannya perlahan menyentuh pipinya.

"Gak usah sok polos kamu Adhara, Elara sudah menceritakan semua kebusukan kamu!" bentak Ranti.

Elara yang menyaksikan hal itu tersenyum penuh kemenangan.

"Bisa-bisanya kamu menyakiti Elara dan malah membolak balikan fakta sampai Elara di skors"

"Aku gak ngerti maksud Mama apa"

Srett

"Gak usah banyak omong kamu, berani-beraninya kamu menyakiti anak kesayangan saya hahh" bentak Herman.

Pria paruh baya itu menarik kuat rambut panjang Adhara.

"Aku gak pernah nyakitin Elara, malah Elara yang selalu siksa aku"

Plakk!

Brukk!

Satu tamparan keras lagi-lagi mendarat pada pipinya sampai gadis itu terjatuh.

"BERANI KAMU MENUDUH ANAK SAYA LAGI HAH!!" murka Herman.

Pria paruh baya itu melepas ikat pinggang yang melingkar di perutnya dan kemudian.

Plakk!

Plakk!

Plakk!

Plakk!

Cambukan berkali-kali mendarat di punggung gadis itu, Adhara hanya bisa tertunduk menahan perih, darah menetes dari sudut bibirnya.

Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang