32 | Yang sebenarnya

12.5K 801 59
                                    

HOLA

How Are You Beb?
Kawal terus cerita ini sampai end okeii^^

🤍HAPPY READING🤍

***

Langkah Orion terhenti tepat di depan seorang gadis yang menatapnya sendu.

"Hai, gue Orion," ujar Orion seraya mengulurkan tangannya.

Dengan ragu-ragu gadis itu membalas uluran tangan Orion. "G-gue... Alula."

Mata Orion memerah, menahan kuat air yang ingin terus mengalir dari kedua matanya. Netranya tak pernah teralihkan dari wajah gadis di depannya. Merasa sudah tak tahan lagi, Orion menarik gadis itu kedalam pelukannya.

"Gue kangen La," bisik Orion tepat di telinga Alula sambil terus terisak.

"Lo gak benci gue?" tanya Alula.

"La. Lo adalah satu-satunya patah hati terhebat yang gak bisa gue benci," ucap Orion tulus yang membuat Alula semakin mengeratkan pelukannya.

***

Kini semua berkumpul menyambut kehardiran ketua mereka dengan penuh haru. Tak ada kebahagiaan lain yang bisa menandingi kebahagiaan mereka saat ini.

"Ra, Cha, gue minta maaf sama kalian, selama ini gu..." ucapan Alula terputus saat tiba-tiba kedua sahabatnya itu malah memeluknya erat.

"Lo gak salah La, lo tetep sahabat terbaik kita," ujar Adhara.

"Udah dong nangis-nangisnya. Sekarang ceritain kemana aja kalian selama ini." ujar Orion dengan nada tinggi.

Antariksa dan Alula saling menatap.

"Biar gue yang cerita," ujar Alula.

"Malam itu....."

Malam itu Antariksa dalam keadaan terluka parah. Dengan posisinya yang masih memeluk tubuh sahabatnya dan pisau yang masih menancap di perut Atlas. Antariksa dengan kesadaran yang makin lama makin menghilang.

"Las. Lo tetep sahabat terbaik gue. Sorry selama ini gue gak ngerti penderitaan lo. Gue bukan sahabat yang baik buat lo Las. Pergi Las, sebelum polisi dateng, bawa adik lo pergi jauh dari sini Las," lirih Antariksa perlahan melepaskan pelukannya pada Atlas.

"Gue gak boleh terkecoh. Ini kesempatan bagus buat gue habisin Anta," batin Atlas setelah mendengar ucapan Antariksa.

Saat telah terlepas sempurna, Atlas menarik kuat pisau yang masih tertancap di perutnya dan bersiap ia tusukkan pada Antariksa yang berada di bawahnya. Namun, saat akan menusukannya, tangannya di tahan kuat oleh tangan mulus seorang gadis.

"Kak jangan," lirih Alula.

"Lepas La. Ini kesempatan kita," sentak Atlas.

"Dia gak salah kak, dia sama kayak kita," bujuk Alula.

Mendengar perkataan sang adik, Atlas memalingkan wajahnya dan kini menatap lekat wajah sahabatnya yang tersenyum lemah. Tiba-tiba terputar kenangan kebersamaan mereka di kepalanya, kenangan bahagia yang selama ini mereka ukir bersama. Dan kini ia merusak semua itu hanya karna kebenciannya.

Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang