𝟜𝟠

2.5K 360 128
                                    

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

share the awareness and join the boycott from BDS lists is a bare minimum thing to do. remember the genocide is still not over. #freepalestine #freesudan #freecongo

also,  please please please kindly check the news about what happens to west papua #alleyesonpapua

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantas Apa Jadinya Jika Sang Putri Memilih Tinggal?


𝓑enturan antara belakang kepala Brie dan lambung kapal terjadi begitu kilat, tetapi denyut di kepala masih terasa hebat. Bahkan ketika Brie sekarang sudah mentas dari air dalam kuyup. Patroclus dan Achilles secara usil bersekongkol untuk menarik kaki Brie yang bergelantung di pinggir kapal kala ia duduk. Alhasil gadis itu tercebur bersama mereka. Menjadikan Brie jadi ikut bermain air dan sesekali tertawa ketika berhasil mencipratkannya mengenai dua pria itu. Bahkan ia menenggelamkan kepala mereka sesekali sebagai pembalasan.

Dan di sinilah peristiwa itu membawa Brie. Dalam kondisi chiton biru pudarnya mengekspos strophium serta, oh, subligar* yang melekat di badan. Cahaya remang di goa adalah satu-satunya yang dapat menyamarkan itu semua. Jika Brie berjalan keluar nanti dan kembali ke kompleks, sudah akan lain cerita. Maka dari itu ia berniat untuk berdiam diri di area goa karang, setidaknya sampai dirasa kain yang dikenakan sudah setengah kering. Serta sampai badannya sudah tidak begitu menggigil.

Achilles dan Patroclus sudah selesai mengoleskan minyak zaitun ke tubuh mereka. Sebentar lagi siap keluar dari goa karang dan menuju bilik berendam.

"Ayo, Briseis!" ajak Patroclus sambil menyambar chlamys keringnya. Tanpa tedeng aling-aling, Patroclus menghampiri posisi Brie mematung dan menyampirkan kain cokelat berenda tersebut.

Rambut Brie yang masih lumayan basah hingga paha atasnya, sukses tertutup berkat sampiran kain tersebut. Hanya sesingkat itu dan Patroclus sudah berjalan duluan di depan. "Ah... masih harus bilas tapi aku sudah agak lapar."

Brie tahu harusnya ia langsung mengekor di belakang Patroclus dan mengucapkan terima kasih, atau semacamnya. Namun, refleknya pertama kali justru melirik ke arah Achilles. Pria yang sudah mengikat rambutnya dengan ikat pita kulit hasil rebutan itu cuma bergeming. Sebab tidak mendapatkan respon berarti—dan sebenarnya tidak tahu juga respon macam apa yang diekspektasikan—Brie lantas memutuskan untuk menyusul Patroclus.

Padahal, andai Brie lebih menyelam sedikit lebih dalam, sudah pasti ia akan menemukan secercah muram di manik amber Achilles. Bila diteliti lebih lama, Brie sudah pasti dapat melihat garis rahang itu terkatup tegas, lebih dari sebelumnya.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang