𝟝𝟘

2.5K 371 189
                                    

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

don't forget to spread awareness of on going genocide today. #freepalestine #freesudan #freecongo

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu Gadis Bebas, Satu Gadis Tinggal


𝒫atroclus menatap ke arah Brie takjub sekaligus ngeri. Tidak habis pikir sekaligus bingung harus memberi reaksi apa. Bibir gadis itu menebak dengan tepat kejadian di arena sana. Baru saja terkatup, nama Briseis sudah tidak tahu totalnya menelusup pendengaran mereka.

"Aku jauh lebih pandai meramal dari Calchas, bukan begitu?" ledek Brie sambil menutup dagu Patroclus yang turun dengan telunjuknya.

"Bagaimana bisa?" Selain gelengan, bingkai alis yang saling menempel satu sama lain menghias wajah Patroclus. "Apakah kau... diberkati Dewa?"

"Itu rahasia," balas Brie sembari menghadap ke arena lagi.

Sejenak Patroclus mengamati sisi wajah Brie dalam diam. Patroclus tidak tahu banyak soal wanita dan perasaan mereka. Kadang apa yang ditampilkan belum tentu mewakili isi hatinya. Terlebih dengan situasi yang ada. Patroclus ingat betul bagaimana tempo hari Brie tidak suka berada di posisi ketika namanya diperebutkan. Terhadap Achilles dan dirinya saja Brie menunjukkan kemuakkan, apalagi sekarang dengan pria tua asing itu.

"Achilles tidak akan semudah itu menyerahkanmu pada Agamemnon," cetus Patroclus. "Kau dapat pegang ucapanku."

"Aku tahu." Jawabannya penuh kepercayaan diri. Mengingat bagaimana perlakuan Achilles pada Brie belakangan. Keintiman yang mereka bagi ketika berdua saja. Seluruh ucapan penyulut semburat merah di pipi. Brie sangat yakin Achilles tidak akan begitu saja melepasnya. Boleh jadi malah lebih alot ketimbang apa yang sudah dituliskan sejarah, dimana Brie merasa akan berbelok alurnya sekarang.

Semua bilang sejarah tidak dapat berubah, tetapi itu kan kata orang-orang yang hidup di masa depan. Dan Brie sedang tidak hidup di masa tersebut.

Patroclus membuang napas lega. Bila tebakan Brie dari tadi tidak setitik pun meleset, yang satu ini pastilah sama. "Achilles pernah berkata akan membawamu ke Phthia, Briseis."

Sontak, Brie menoleh. Mulai merasa ada kehangatan menelusup ke pipi. "Dia berkata begitu padamu?" Pertanyaan lain, menghujani batin. Untuk apa? Kapan? Tidak bisakah segera? Dan banyak lagi, hanya tidak terlontar saja.

"Kouridios philos..." Patroclus berujar, selepas sempat mengangguk tadi, "seperti Penelope dan Odysseus. Dia berjanji akan menjadikanmu pasangan sahnya setelah perang ini usai."

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang