The Bride Who Never Was

𝟝𝟛

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

please don't be ignorant for them #freepalestine #freesudan #freecongo. to be ignorant on genocide is to be evil human being.

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

꧁Peter Can Play Robin Hood With Someone Else's Heart, He Still Losing His Wendy Anyway꧂

"𝕶au kelihatan terganggu," ceplos Nestor. "Mengapa? Apakah racikan anggur Mel kurang nikmat di lidah, Achilles?"

Achilles menggeleng. Jarinya senantiasa mengetuk-ngetuk permukaan meja di sekitar cawan. "Mengapa kau mengadakan jamuan seramai ini?" Kepala Achilles mengarah pada Odysseus. "Kalian berdua." Tak ketinggalan ia melirik kepada Nestor sekilas.

"Mengapa tidak? Odysseus biasa menggelar jamuan malam. Berkat Mel, jamuannya jadi yang terbaik di sini," sahut Menelaus. "Harusnya kau bawa juga Hecamede kemari, Nestor."

"Tidak bolehkah seorang pria bersenang-senang sebentar di tengah perang?" balas Odysseus, kini tangannya menjangkau cawan berisi anggur. "Merayakan kedamaian saat tidak sedang mengayun pedang."

"Merayakan?" Dengusan membuntut kemudian. "Apa yang patut dirayakan dari lengan patahmu itu?" Achilles menoleh ke arah Nestor. "Atau merayakan cedera kakimu?" tantangnya. "Oh... mungkinkah merayakan bagaimana gerbang orang ini hampir diterobos pasukan Troya?" Dagu Achilles terangkat, menuding Menelaus.

Alis Menelaus ditarik hingga bertemu segaris dengan hidung. "Itu takkan terjadi bila Pangeran Keparat Troya tidak kabur ketika kalah bertarung denganku!" sungut Menelaus. "Bajingan sialan itu... aku tinggal melayangkan pedang menembus tengkoraknya jika saja Aphrodite tidak menyela!"

"Trik sang Dewi dengan meniupkan badai pasir dan menghilangkan kesempatan Menelaus sungguh menjijikan," celetuk Diomedes. "Kuakui itu... cerdik, tetapi curang."