𝟜𝟘

2.7K 379 121
                                    

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

please keep talking about the genocide they need us. keep boycotting those who support the genocide too. #ceasefirenow

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Janji Yang Menuntut Untuk Ditepati


ℐika saja busur usangnya tidak patah dibanting Achilles, Brie amat yakin ia kini akan berlari kembali ke pondok untuk mengambil benda itu. Menarik satu-satunya anak panah yang ia miliki untuk ditembuskan ke kepala si pria yang tengah berada dalam remang. Boleh jadi kala makhluk itu limbung, Brie akan mencabut anak panahnya dan menancapkan lagi. Berulang-ulang kali. Hingga darah pria itu melebur ke tangannya, barangkali itu dapat membasuh dosa yang menodai tangan Brie. Membalut luka yang kian lama makin menganga, sebab bukan diobati seperti seharusnya, luka itu justru ditaburi garamnya rasa bersalah.

"Iphis!" Mata Brie membeliak mendapati apa yang menghadang perjalanannya ke dapur. Tanpa tedeng aling-aling, dirinya menyongsong Thersites. Menarik tunik pria itu supaya menyingkir dan tidak menindih tubuh Iphis lagi.

Sayang, gerakan Brie langsung ditangkis oleh Thersites. Napasnya terdengar terengah. Perpaduan antara tegang hawa nafsu dan amarah karena kegiatan bejatnya tercegah.

"Bersabarlah, kau akan dapat giliran nanti!" sahut Thersites menyeringai.

"Keparat!" Brie mengarahkan oinochoe yang digenggamnya ke atas. Cukup tinggi untuk kemudian dapat didaratkan mengenai tubuh pria itu. Lagi. Thersites lebih cekatan dari Brie. Tangannya berhasil menepis lengan Brie hingga benda dari tanah liat itu terpelanting jatuh.

"Kau sudah sangat tak sabar rupanya, Jalang Angkuh!" decak Thersites. Ia kini melepas lengannya yang bertengger pada Iphis dan menghadap penuh pada Brie.

Langsung saja Brie mengarahkan kepalannya pada wajah pria itu. Kali ini usahanya membuahkan hasil. Meski tidak serta merta membuat Thersites terhuyung, tetap saja ia sukses mengenai pipi pria tersebut. Usai meludah, Thersites kembali meringis. Deret giginya tampak sedikit terselimuti sisa liur kemerahan. Kini tangannya mencekal erat pergelangan Brie.

"Tidak! Jangan!" Dengan gemetar Iphis mengamit lengan Thersites yang terangkat. Ia menepis Iphis kasar dengan dorongan yang membuat Iphis terhuyung. Kembali melanjutkan aksi, sebuah suara tamparan amat keras akhirnya menggaung di jalanan kecil itu. Brie terjerembab ke tanah dengan sudut bibir yang berdarah.

Baru saja Thersites maju selangkah hendak menghampiri Brie untuk menarik gadis itu, Iphis sudah berdiri menghalangi. Berdirinya terlihat tidak siap sebab lutut tersebut tengah bergetar hebat. "Kumohon, cukup!" Aliran tangis pun tak kunjung gersang.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang