𝟙𝟝

3.6K 517 20
                                    

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Blue Iris


𝕿erkadang ada hari-hari tertentu di mana Myrmidons dan panglima tertingginya pulang lebih awal dari medan perang. Contohnya saja hari ini. Desas-desus mulai tersebar bahwa galian yang dibangun Troya ke kota-kota di sekitar, perlahan diratakan oleh pihak Yunani. Membuat kota megah itu makin terdesak, karena terowongan merupakan cara untuk mendapatkan suplai makanan bagi penduduk mereka belakangan ini. 

Ladang-ladang di pinggir gerbang kota megah tersebut sudah tak bisa menjadi tumpuan lagi. Makin banyak prajurit yang digelontorkan perang, makin banyak perut yang harus diberikan makan. Belum terhitung suplai-suplai lain untuk kebutuhan perang, yang tentu, membutuhkan barter dengan stok makanan sebagai transaksinya.

Sementara Troya akan dirundung kelaparan dan mungkin sebentar lagi kemarahan penduduk dengan perut keroncongan, tiap kembali dari perang, legiun-legiun Yunani justru sebaliknya. Tak ada kemarahan dan hanya ada sorak sorai senang karena tiap malam tahu perutnya bakal kenyang. Suplai makanan yang dijarah itu sudah jelas diangkut ke balik kamp ini, dibagi cukup rata untuk tiap kompleks. Tentunya bagi kompleks Achilles, sudah barang pasti takkan pernah kehabisan stok makanan.

Siapa lagi coba sosok yang mendapatkan jatah terbanyak selain dia dan bala tentaranya, yang memang selalu menjadi garda terdepan sekaligus alasan kemudahan menumpas kota-kota itu kurang dari setengah hari?

Kembalinya Achilles ke kamp lebih cepat bermakna satu hal. Persiapan menyambutnya juga lebih awal. Budak-budak wanita harus mempersiapkan ruang berendam sesegera mungkin. Begitu pula dengan kudapan untuk makan malam setelah selesai dengan ritual bersih-bersihnya.

Gerombolan wanita sudah saling bahu membahu mengantar bejana air masuk ke ruang mandi semi tertutup. Berbeda dengan tempat mandi terbuka—yang letaknya bersebelahan persis—ruangan tak terlalu besar ini memiliki sekat dan atap kayu. Meski dibangun tak terlalu rapat dan membuat sinar matahari masih bisa masuk melalui celah-celah, ruangan ini lebih privat untuk digunakan berendam.

Tiap komplek pasti memiliki tempat seperti ini, yang memang diperuntukkan bagi mereka dengan jabatan tertinggi. Ruangannya dapat muat beberapa orang, kalau-kalau memang mereka mau membawa para wanita untuk membantu menyeka badan, selagi dipuaskan dengan wanita yang satunya.

Bejana air dipikul untuk memenuhi bak dari tanah liat dengan pinggiran ukiran bergelombang layaknya riak laut. Cipratan dari bejana membuat permukaan di sekitar bak berendam yang muat dua orang itu, agaknya lebih licin untuk ditapaki. Ditambah dengan beberapa sudut yang ditumbuhi lumut karena lembab, membuat mereka harus super hati-hati untuk melangkah.

Brie sudah menjadi korban dari gesekan carbatine* dan lantai batu itu. Meski bejana yang dibawanya tumpah nyaris setengah, nasib baik pantatnya tak ikut mencium permukaan licin. Iphis yang berpapasan dengannya saat akan keluar ruangan dengan cekatan menahan tubuh Brie yang terhuyung. Kendati demikian masih tak ada interaksi berarti yang terjalin antara keduanya. Masing-masing kembali sibuk melanjutkan pekerjaan tanpa percakapan. Berlagak tak terjadi apa-apa.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang