𝟜𝟝

2.7K 442 129
                                    

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

please don't stop to pray for the victims of genocide. keep praying until they are all free. #freepalestine #freesudan #freecongo #ceasefirenow

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hell Of A Night


𝓢hit. Shit. Shit.

Brie tidak tahu apakah ini akan menjadi mimpi terburuknya yang paling anyar atau tidak. Membantu seseorang melahirkan!? Oh, ayolah! Brie hanya mahasiswi jurusan sejarah yang tersesat, dan kebingungan menulis essay dari sub materi yang tidak dikuasainya sama sekali... dan malam ini ia harus menjelma jadi bidan!?

Semua pria yang ada di balai itu angkat tangan. Urusan persalinan memang menjadi bagian wanita pada era ini, Brie tahu itu. Tetapi ia tak punya pengalaman sama sekali mengenai hal tersebut! Sex and reproduction function is fine, she can manage to handle it. She knows whether it's safe or not to do it or to explain it for educational purposes. But the actual childbirth? Nope.

"Perempuan biasa melakukannya sendiri, kau hanya perlu menemaninya mengejan." Ajax berkata tegas selepas Brie menyampaikan keberatannya. Bagaimana tidak keberatan jika Brie tahu-tahu sudah didorong masuk begitu saja dalam bilik?

Tecmessa yang menempati atas ranjang itu sudah berteriak meronta kesakitan. Badannya mandi keringat diiringi napas yang tak beraturan.

"Kalau sesederhana itu mengapa tidak kau saja yang melakukannya!" desis Brie.

"Hei, itu sudah jadi tugasmu sebagai kaum wanita!" hardik Ajax.

"Bukankah ada wanita-wanita lain? Yang biasa membantu di sini—"

"Aku tidak sudi penerusku dipegang oleh mereka. Aku rasa diantara mereka akan ada yang berkhianat dan melukai—"

"Itu hanya ada di dalam kepalamu sendiri, Ajax!" erang Brie. Bisa-bisanya di sela jerit kesakitan sang istri, Ajax mendahulukan prasangka tak nyata di pikiran sendiri!

"Kau hanya budak, turuti saja dan cepat tangani istriku!" bentak Ajax sambil melangkah maju. Tangannya terangkat, ia ingin sekali menggapai leher Brie akibat terus-terusan menjawab. Namun, Achilles sudah keburu meremas pundaknya.

"Dia akan membantu," sergah Achilles, tak ayal membuat Brie ikut dibanjiri keringat dingin layaknya Tecmessa.

"Sudah semestinya dia menggunakan keterampilan alaminya selaku wanita." Ajax berujar sembari menurunkan tangan dan berlalu kembali untuk duduk.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang