𝟙𝟟

3.6K 501 32
                                    

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Who Needs Man, Anyway?


"𝕴phis!" Brie langsung menyongsong ke arah Iphis. Berniat merangkul gadis tersebut dan memohon sebisanya agar bungkam terhadap apa yang tadi ia lihat di ruang berendam. Namun, Iphis dengan tangan yang sudah tersembunyi di balik punggung, menghindar sangat cekatan. Kerlingan mata nakal dan kedutan timbul di bibir tipis gadis itu bersamaan.

"Aku bisa menjelaskannya," sergah Brie tak mau Iphis larut dalam kesalahpahaman.

"Apa yang harus dijelaskan? Aku tak menyaksikan apa pun," kilah Iphis dengan seringai kecil.

"Yah... sebenarnya memang tak ada yang perlu dijelaskan. Aku hanya ingin meluruskan bahwa tak terjadi apa pun itu yang sedang terlintas di benakmu," sanggah Brie lagi.

"Memangnya kau tahu apa yang sedang kupikirkan tentang itu?" goda Iphis. Kini dirinya berhenti berjalan dan mencondongkan badan ke arah Brie.

"Sesuatu yang tak sopan... tak senonoh," lontar Brie. Bibirnya menipis usai mengucapkannya. Sedikit menyesal karena itu pasti justru memancing Iphis untuk tambah berpikir tak keruan.

Iphis terdiam sebentar. Seringai kecilnya masih tertanggal di sana. Membuat Brie jadi ragu Iphis sudah melupakan kejadian yang dilihatnya dan urung memberitahukan pada seluruh dunia apa yang telah disaksikannya.

"Yah... sesuatu yang senonoh itu... aku tak dapat menilainya begitu," dalih Iphis, bahunya terangkat sedikit.

"Benar! Makanya kau jangan salah paham, aku dan Achilles—"

"Makanya aku butuh seorang bijak seperti Hecamede untuk merundingkan hal ini, benar bukan?" Iphis meledek sambil mulai berjalan mundur. Ia sudah berancang-ancang untuk lari dari hadapan Brie menuju tempat janji temu rahasia itu. Lalu sepersekian detik berikutnya, kedua gadis itu saling kejar laiknya ombak yang ingin cepat-cepat menyentuh pesisir.

Iphis sampai lebih dulu di tempat janji temu. Goa karang besar dengan rongga yang muat satu orang sebagai jalan kecil untuk masuk. Pada sisi yang tak terpayungi batuan besar berumur puluhan ribu tahun itu terdapat gerombolan batuan karang kecil nan tajam.

Kapal-kapal yang rusak kadang sengaja di parkirkan di sisi ini untuk mendapat perbaikan. Tak jauh dari tempat ini ialah spot rahasia berenang The Favourites. Sebenarnya untuk mencapai spot rahasia tersebut, jalur goa jauh lebih cepat dilewati. Tetapi bongkahan karang menuju ke sana sangat tak bersahabat untuk dipijak. Jadilah meski harus memutar, mereka lebih pilih menerjang kerikil terjal berselimut rumput liar kasar daripada merelakan telapak kaki luka-luka.

Hanya tinggal satu kapal yang tertambat di karang batu itu sekarang. Bentang layarnya nyaris habis dimakan udara laut dan dipatok burung camar, meninggalkan sobekan kain itu tersibak-sibak ketika angin berhembus.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang