𝟚𝟜

3K 460 48
                                    

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

stop saying it's a war when you know it's clearly an ethnic cleansing and genocide. #ceasefirenow #freepalestine

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketertarikan Mel Yang Aneh


"𝐉adi bagaimana dia?" tanya Mel sembari mengusapkan minyak zaitun ke atas sikunya.

Brie baru saja sampai ke pesisir untuk bergabung dengan The Favourites. Pantat wadah jemurannya baru saja mendarat di permukaan abu-abu dan ia langsung ditodong pertanyaan yang membingungkan dari sang gadis baru. Tecmessa yang duduk di sebelah Mel ikut mendongak, seperti menanti jawaban dari Brie.

Deheman kering Brie loloskan sebelum berucap, "Maksudmu... dia? Dia siapa?" heran Brie.

"Achilles," pungkas Mel.

Kernyitan terbit di dahi mulus Brie. Maksudnya Mel menanyakan kabar Achilles padanya? Yah... selama tembok gagah Troya belum runtuh dan pasukan Yunani masih berkelindan di sepanjang pantai ini, bukankah sudah cukup membuktikan bahwa pria itu kabarnya sangat baik? Alias tak ada yang terjadi padanya. Sebab perang ini masih berlangsung dan bakal terus berlangsung cukup lama.

"Baik? Kurasa?" lirih Brie. Nadanya terdengar ragu. "Menilik dia masih bisa pergi ke medan perang hari ini, kurasa kabar dia baik."

Mel kini bangkit dan berdiri di hadapan Brie. Tangannya memilin pelan ikal Brie yang lolos dari jerat kekryphalos*. Seakan-akan merapikan rambut Brie yang agak kusut karena buaian angin itu. Meski sebenarnya sungguh tak perlu. "Kalau aku jadi kau, aku akan jauh lebih memperhatikannya."

Tecmessa kini sudah membuang muka ke laut, di mana teman-temannya saling menggosok punggung dengan garam mandi. Sengaja melakukannya untuk sekalian menyamarkan kerlingan sebal yang ia buat.

"Yah... aku yakin kau pasti akan lebih bisa," ucap Brie. Kali ini Brie melirik ke arah Tecmessa yang kembali menoleh padanya.

Raut wajah Tecmessa kelihatan menahan dengusan tak habis pikir. Bibir bagian atas si wanita hamil itu naik sedikit hingga mengedutkan pinggiran matanya.

"Sayang sekali aku datang terlambat ke sini," keluh Mel, sekarang ia mulai melepaskan fibula* yang menghias lengan atas kainnya. "Odysseus tidak begitu buruk memang. Hanya saja dia jarang menyentuhku. Gairah kami tak sepadan, kurasa."

Oh... this kind of talk again? batin Brie. Teringat pembicaraan yang pernah terjalin di pondok Ajax saat ia baru kenal The Favourites.

"Tapi Achilles... dia masih muda, umur kami tak terpaut jauh kurasa. Gairah kami akan setara. Tidakkah menurutmu begitu?" cetus Mel. Kepalanya kembali mendongak untuk memindai reaksi Brie.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang