𝟞

4.6K 667 48
                                    

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepiluan Nyata di Ujung Jalan


𝕎anita yang tatapannya selalu tampak tenang itu membawa Brie ke sudut pondokan. Ada sebuah ruang kecil yang digunakan menyimpan bahan pangan atau semacamnya. Pada sisi kiri, terdapat sebuah meja kayu dan berbagai tanaman wewangian diwadahi. Rasanya menyenangkan menghidu ruangan kecil yang hanya bersekat tirai goni tipis ini.

Hecamede meletakkan kendil yang dibawanya ke meja. Sesaat kemudian ia membalikkan badan dan setengah bertumpu di meja belakang.

"Menurutmu apa yang baru saja kau lakukan?" cecar Hecamede.

"Tak ada. Belum jadi kulakukan karena kau terlanjur mencekal lenganku," aku Brie.

Hecamede menghela napas tipis. Kali pertama Hecamede melihat sosok gadis di depannya, ia sudah mengira si gadis berbeda dari teman-temannya yang lain. Balutan kain merah, alis coklat gelap agak menukik, bibir bulat merah muda yang cakap menyampaikan segala yang terlintas dalam kepala.

Seolah-olah apa pun yang dipilih Brie meliputi langkah sembrono atau timpalan brutal sekali pun, gadis itu takkan rugi. Namun, malam ini langkah sembrono yang dipilih sungguh bikin gigit jari. Membuat Hecamede kini memilin pangkal hidungnya sendiri.

"Kalau aku tidak menghentikannya kau dapat kehilangan tanganmu malam ini. Atau bahkan lebih buruknya lagi kepalamu."

Meski Hecamede agak ragu opsi terakhir digolongkan hal terburuk bagi si gadis baru.

"Kau lihat bagaimana dia memelototi payudaraku dan pantatku secara bergantian?" timpal Brie.

"Thersites memang begitu. Abaikan saja," saran Hecamede.

"Seseorang harus memberi Thersites pelajaran," gerutu Brie.

Dia mengambil langkah maju mendekat ke kursi di samping meja dan duduk di situ. Sementara Hecamede mulai sibuk mencampurkan tanaman dan bunga-bungaan jadi satu.

"Ya... aku setuju untuk itu. Tapi aku yakin bukan kau orang yang tepat memberinya pelajaran." Tangan lentik Hecamede mengambil sejumput lavender.

"Apa gadis terpilih tak memiliki keistimewaan itu?" dalih Brie. Mungkin dari pemilihan katanya ia terdengar seperti setengah mengejek.

Brie harusnya tak melakukannya pada Hecamede. Namun, ia sudah kepalang muak.

Wanita yang ditanya melirik sekilas, "Memang tak punya. Kecuali kau jadi gadis terpilih komandannya, mungkin ada sedikit kesempatan. Mungkin."

Tanda tanya muncul di atas kepala Brie. "Berarti kau punya? Dia Pylian bukan?"

Mengingat Nestor adalah komandan tertinggi pasukan dari Pylos tersebut dan Hecamede adalah gadis terpilih di pondok ini.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang