𝟙𝟞

3.4K 545 52
                                    

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang Manakah Satu Yang Singgah?


𝕻usaran dari celupan tangan Brie ke dalam air setengah hangat nan semerbak itu mulai menenang. Brie mengambil alih tugas Iphis karena gadis itu keluar untuk mengambil air bersih keluar. Untuk piranti Patroclus bilas setelah berendam katanya.

Kerai ruangan itu terdengar seperti disingkap. Reflek Brie yang sedang memainkan sisa garam mandi di meja, membalikkan badannya. Mengira itu Iphis, senyum Brie sudah tersungging dengan bibir yang siap mengajak gadis itu bicara.

Cuma dugaannya salah. Iphis belum kembali ke ruangan ini. Pria dengan kulit berseri-seri hasil dari pelumasan minyak zaitun ditimpa cahaya matahari malahan yang berada bersamanya sekarang.

Achilles, dengan bagian atas tak tertutup sehelai kain pun, berjalan ke seberang bak berendam. Punggung lebarnya yang dihiasi cinderamata perang berupa goresan luka-luka kecil yang sudah sembuh menghadap ke posisi Brie. Detik berikutnya, Brie jadi meniru apa yang dilakukan pria tersebut.

Memunggungi Achilles balik, maksudnya... bukan memelorotkan kain lipit yang menutup bagian bawah seperti yang tengah dilakukan pria itu. Brie menggembungkan sedikit pipinya. Merasa canggung dipertontonkan bagian pinggang ke bawah lelaki tersebut secara tiba-tiba.

Ini bukan seperti Brie tak pernah melihat bulatan kembar begitu sebelumnya, bukan seperti ia tak pernah melihat milik Achilles juga ketika di bilik sebelumnya... hanya saja bila tanpa aba-aba begini cukup memancing semburat merah di pipi untuk nampak juga, kan?

"You weirdo," caci Brie bermonolog sendiri. Ia tahu ada kehangatan yang menjalar ketika menggembungkan pipi. Maka dari itu batinnya tak berhenti mencaci diri sendiri atas tindakan tak pantas tersebut.

Tak mau membiarkan pikirannya makin liar sendiri, Brie memutuskan untuk menyatroni posisi sandalnya berada. Menyelipkan kaki secara asal ke carbatine tanpa ditali dan berniat mengenyahkan diri dari pondok. Ia bergerak dengan gesit ketika mendengar kecipak air di balik punggungnya. Membulatkan tekad untuk membalikkan badan saat dinilai situasinya sudah tak canggung bagi Brie.

Sayang, angan hanyalah angan. Baru beberapa langkah setelah mengenakan kembali sandal itu, suara kecipak yang lebih besar terdengar.

Byur!

"Demi Zeus... apa yang sedang kau lakukan?" gerundel Achilles yang ikut tergebyur oleh air di bak rendamnya.

Air keruh dengan beberapa kelopak bunga dan herba itu meluber serta membasahi lantai batu. Menciptakan genangan baru akibat Brie yang tercebur masuk ke bak rendam bersama Achilles. Carbatine itu terlepas begitu saja, dengan kaki Brie yang sekarang sudah mencuat ke atas pinggiran bak rendam. Sementara setengah tubuh Brie dalam balutan kain lipit warna carmine sudah tenggelam dengan Achilles.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang