Graduation Day

246 25 4
                                    

"Ma ancak? Ang ketahuan mamelok an sarawa ang nan takapik di tampek rami atau mancukia iduang jo ampu ang?"

"Apaan sih Jake, jangan ngomong bahasa minang ke gue. Gue ga paham!"

Felix tuh pengen tampol aja si Jake ini. Jake kan udah jadian sama Ryujin, nah ayah nya Ryujin itu orang Minang. Sebelum di introgasi sama ayah nya Ryujin, Jake udah belajar bahasa minang dulu. Tapi malah Felix yang jadi korban nya. Mana Felix ga paham apa-apa.

"Hehe maap bro. Gue mau nanya, bagusan mana, lu ketauan lagi perbaiki celana lu yang kejepit di tempat umum atau ngupil sama jempol lu?"

"Bagusan lu diem deh. Soalnya kalo ngomong bikin gue naik darah mulu" balas Felix. Benerin baju sekolah nya yang udah di tulis bermacam kata-kata dari teman-teman nya.

Hari ini hari terakhir persekolahan untuk anak-anak kelas XII. Bermakna, besok Felix udah gausah bangun pagi lagi buat ke sekolah. Udah jadi pengangguran.

Eh bukan pengangguran ya, mulai besok Felix udah 100% megang perusahaan Papa nya dan juga megang 50% perusahaan dan harta kakek nya di Jepang, lagi 50% buat Haewon. Kakek nya cuma sisain dikit buat Minho. Kasiann.

Masih ada campur tangan Minho di perusahaan itu sampai usia Minho 60 tahun. Minho masih di atas Felix. (Yang bikin Felix ngerasa ga adil tapi dia mau uang, kalo mau uang harus kerja. Jadi ya terima aja)

"Lixie!!"

Jisung peluk Felix dari belakang, buat pria tampan di pelukan Jisung ini tertawa pelan. " yang nanti bakal jadi istri aku lucu deh" Felix kecup hidung Jisung gemas. Jisung cekikikan ketawa malu. Buat Ryujin dan Jake yang melihat jadi mau muntah.

"Pengen ku sleding" ucap Ryujin, Jake di samping Ryujin cuma bisa mengangguk setuju.

"Eh kalian ayo sini, kita foto-foto bareng" mendengar teman-teman mereka memanggil, Felix dan Jisung ikut bergabung dengan kelas XII lainnya.

Keluarga mereka juga dateng bagi meraikan hari tersebut.

Selesai foto, Felix dan Jisung mendekati keluarga mereka. "Mommy!!" Jisung dengan cepat melepaskan tangan Felix dan memeluk ibu nya. Changbin terkekeh. "Kasian tuh Felix kamu tinggalin" ucap Changbin, usap kepala anak sulungnya pelan.

"Kebiasaan, lihat Mommy langsung jadi bayi" ucap Felix, tendang punggung Minho yang lagi nungging, gatau ngapain tapi Minho lagi nungging. "Checkpoint!"

Minho tatap Felix, mengeluarkan kata-kata kasar dan langsung mengejar putra sulungnya yang lari sambil ketawa.

"Setelah ini, Jisung bakal tidur seharian di rumah!" ucap Jisung. Changbin gelengkan kepalanya pelan. "Gaada, kamu harus bantuin Mommy. Katanya mau jadi istri mithali" balas Changbin. Jisung mengerucutkan bibirnya, balik memeluk Felix yang sedang mengobrol bersama Minho setelah mengitari satu sekolah."Mommy jahat" ucapnya.

Changbin geleng kan kepalanya, natap putri bungsu nya yang sibuk dengan Yuna. "Tinggal kamu, Lily. Belajar yang benar ya, supaya jadi wanita yang berpengetahuan" ucap Changbin, usap kepala Lily lembut. Changbin memang tidak pernah membandingkan kedua anaknya begitu juga dengan Chan, walaupun Lily ini sedikit kurang dalam pelajaran berbanding Jisung, namun itu tidak masalah.

Asalkan Chan masih kaya, yah dia santai aja.

Hyunjin teriak manggil Haewon yang malah ikut main basketball, mana pakai dress, main basketball sama senior laki-laki. "Woi anak Minho! Astaga itu makeup mu jadi cair! Ayo sini!" mana tidaknya, rambut Haewon kayak orang baru bangun tidur, makeupnya udah kek badut karena Haewon keringatan, padahal tadi Hyunjin udah dandan biar manis.

Haewon deketin Hyunjin yang lagi stress lihat anaknya. "Kamu emang ga bisa jadi perempuan sebentar ya? Astaga Mama bisa mati darah tinggi kalau begini!" Hyunjin itu selalu mengajar Haewon berdandan, emang Haewon bisa makeup dan dandan diri sendiri, tapi kalo dia lihat ada yang main bola langsung gas udah ga ingat dirinya udah cantik.

"Ga bisa dipanggil dek ayu kalo gini, yang ada di panggil buronan" tambah Hyunjin lagi. Haewon mah nyengir aja, lagi tahan sakit soalnya Hyunjin kasar, rambutnya ditarik tarik dari tadi.

Hyunjin itu lakik ya, tolong remember. Jadi jantan nya masih ada.

"Para keluarga yang mau foto foto sila pergi ke booth foto ya!" pengumuman untuk foto keluarga terdengar, keluarga Jisung pergi ke booth untuk berfoto bersama. Felix dan Minho menunggu Hyunjin yang sibuk dengan Haewon.

Anak kedua, nakalnya nauzubillah.

Setelah keluarga Jisung selesai berfoto, giliran keluarga Felix pula. Mereka berfoto bersama teman-teman sehingga sore.

Felix dan Jisung mendapat banyak bunga dan coklat, yah kan anak paling pintar dan ketua osis paling manis di sekolah, jadinya ramai yang suka dong.

Sekarang, Felix dan Jisung ada di cafe kesukaan mereka, katanya mau mikir masa depan.

"Jadi.. Kita sekarang mau ngapain?" Felix mulai bertanya, Jisung angkat bahunya tanda tidak tau. "Terserah Lixie aja. Kalo Lixie belum siap, aku bisa nunggu kok. Asalkan jangan ngasih harapan palsu." balas Jisung. Felix mengangguk mantap. "Aku udah siap kok! Tapi tunggu dalam 2 bulan, aku janji aku bakal siapin semuanya. Setelah itu kita nikah!" Felix serius banget, lah Jisung malah ngakak.

"Kamu pikir mudah apa? Inget ya aku masih ga punya uang. Masa kamu siapin semua sendiri?" tanya Jisung, makan caramel cheesecake yang ia pesan tadi.

"Gapapa dong, manis. Untuk orang semanis kamu, ini aja ga cukup tau" ucap Felix, Jisung menunduk dan tersenyum, semburat merah terpapar di pipi gembulnya. "Gombal" balasnya.

Felix tersenyum, usap sudut bibir Jisung, membuat Jisung menatap matanya. "Dari hari pertama aku temenan sama kamu, adalah hari dimana takdir kita dibina. Dan aku pasti sama pilihan ku, Bang Peter Jisung"

Astaga, tolong sesiapapun selamatkan Jisung. Jisung ingin kuburkan diri nya hidup-hidup.

Suara Felix deep banget anjir, Jisung ga kuat!

Jisung pukul pukul pundak Felix pelan, setelahnya ia peluk erat anak Minho ini.

Felix tersenyum ganteng, Minho pasti bangga punya anak kek dia.

"Ikan sepat ikan tongkol, ko-" -Minho

"KOCHELLA!!" - Haewon.












Hii hii guysss. Happy eid adha!


Keluarga Ter Racha Racha (Slow Update❗)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang