Bab. 5 Banyak Tingkah

766 96 9
                                    

"Kalian mau bulan madu kemana?"

Indah yang baru membuka mulut, hendak menjawab pertanyaan Nathan perihal keputusannya menjadi wartawan, seketika menoleh ke arah pengemudi Buggy Car.

"Aahhh... Pasti ke Asia, ya? Bali? Pukhet? Atau ke Lombok?" Pengemudi berturban merah itu sok-sokan menebak tujuan penerbangan Nathan dan Indah.

"Kita mau ke Jakarta, tapi bukan ingin bulan..."

"Ayo yoi, Jakarta? Kota berisik itu. Astaga, kalian salah memilih tempat bulan madu anak muda." Pria pengemudi Buggy car menyela ucapan Indah.

Nathan di samping Indah mengulum bibir. Berusaha menahan tawa.

"Tidak, tidak. Kami bukan ingin bulan madu. Kami akan..."

"Menikah? Kalian mau menikah disana?" Pria pengemudi Buggy car menyela lagi. Turban merah yang dikenakannya bergoyang-goyang seirama gerakkan lehernya.

Indah mengela napas. Melirik Nathan yang sejak tadi senyam-senyum di samping.

"Bantulah."

"Bantu apa?"

"Bantu aku menjelaskan kalau kita tidak ingin pergi bulan madu."

Nathan tersenyum. Mencondongkan badan ke depan. "Anda punya rekomendasi tempat bagus di Jakarta untuk kami datangi, Pak?"

Indah melongo. Tangannya bersiap memukul badan Nathan.

Sial, kali ini Nathan lebih cepat membaca pikiran Indah. Sudah mengantisipasi memegangi pergelangan tangan Indah agar gadis itu tidak bisa berbuat macam-macam padanya.

"Ayo yoi tentu saja saya punya. Saya tiga tahun tinggal di Jakarta. Jakarta kota yang cantik, tapi sangat berisik dan macet."

"Oh ya? Anda pernah pergi ke GBK?" kini giliran Nathan yang antusias bertanya.

"Ya, pernah. Saya pernah menonton pertandingan sepakbola Tim Nasional Indonesia." Pengemudi Buggy car menautkan sebelah tangan di sandaran kursi. "Pertandingan yang bagus. Tapi yang membuat saya merinding melihat antusiasme para pendukungnya. Mereka benar-benar totalitas memberikan dukungan pada para pemain."

Nathan mengangguk-angguk. Setuju dengan ucapan pengemudi Buggy car.

"Garuda di dadaku... Garuda kebanggaanku kuyakin hari ini pasti menaaanggg." Pengemudi Buggy car tiba-tiba saja bersenandung riang menyanyikan yel-yel penyemangat Timnas Indonesia.

"Anda juga tahu lagu itu?"

Turban merah yang dikenakan pengemudi Buggy car bergoyang kian kencang.

"Ahhh, saya juga tahu. Itu lagu yang selalu dinyanyikan penonton saat Timnas bertanding." Nathan bersorak. Menepuk bahu pengemudi Buggy car.

Pengemudi Buggy car ikut bersorak. Menyanyikan lagu bersama Nathan dengan aksen dan nada yang asal-asalan.

"Siapa namamu, Pak?"

"Arijith Singh."

"Nama yang bagus." Nathan memberikan dua jempol.

"Ayo yoi, tapi suaraku masih kalah jauh dari Arijith Singh penyanyi India itu."

Nathan mengangkat tangan. Tidak masalah. Semua orang punya kelebihan di bidangnya masing-masing.

Buggy car terus melaju melintasi deretan toko-toko barang branded. Bergerak diantara para pejalanan kaki yang tengah menggeret koper-koper mereka.

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang