Bab 18. Mati Gaya

901 89 5
                                    


Daya tahan tubuh Indah memang di atas rata-rata. Tidak sampai seminggu gadis itu sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Perawat jaga bangsal sampai geleng-geleng kepala melihat Indah mengurus administrasi pembayaran rawat inapnya seorang diri.

"Dari Belanda, ya?" Seorang staf administrasi bertanya ramah.

Indah mengangguk. Menyerahkan paspor sebagai tanda bukti bahwa ia seorang WNA.

Staf administrasi mengamati seksama pas foto Indah di dalam paspor. "Hmmm, mirip Chef Renatta Moeloek."

"Apa?" Indah mendekatkan kuping. Adanya kaca pembatas yang menghalangi pandangan Indah dari staf administrasi membuat suara orang itu tidak terdengar jelas.

Staf administrasi menutup buku paspor. Menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Proses anda sudah selesai. Silakan ambil obat anda di apotek."

Indah mengangguk. Berjalan cepat menuju apotek. Antrean panjang mengular saat ia tiba di tempat itu. Membuat Indah ingin balik kanan saja langsung pulang ke hotel.

Tapi, setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya juga ia ikut mengantre. Toh, tidak selamanya Indah akan berada di Indonesia. Ada masanya suatu hari nanti ia bakal mengenang hal-hal unik di negara ini.

Meniru cara orang-orang di sekelilingnya, Indah ikut mengambil nomor antrean di mesin karcis otomatis. Ia duduk satu deret dengan remaja wanita berhijab. Remaja itu tengah asyik sendiri dengan ponselnya, scrolling-scrolling tanpa henti menonton vidio para Punggawa Timnas.

"Uuhhh, gantengnya."

Hidung Indah kembang-kempis. Tanpa menonton vidio, ia sudah bisa menebak siapa orang dalam vidio itu.

"Nathan era Excelsior emang enggak ada obat. Keren abis." Remaja itu bicara sendiri. Memuji editan vidio Tiktok yang baru ditontonnya.

Indah mulai tergelitik melihat ponsel remaja di sampingnya. Remaja itu sudah belasan kali mengulang vidio yang sama. Leher Indah terjulur menatap ke arah ponsel, bibirnya langsung mengerucut setelah melihat vidio, Nathan dengan rambut acak-acakan itu dibilang keren? Keren dari mana coba?

"Kakak juga suka sama dia?" Remaja itu menyadari kalau Indah diam-diam melototi ponselnya.

Indah kembali duduk tegap. Menggeleng. "Tidak. Aku tidak tahu siapa dia."

Remaja itu terbelalak. "Hah? Tidak tahu? Dia sangat viral sekarang, Kak. Ketampanannya mengalahkan artis K-Pop dan Indonesia."

Mata Indah mengerling. Di Belanda juga banyak modelan seperti Nathan. Mereka saja yang baru melihatnya sekarang.

"Dia artis?" tanya Indah.

"Bukan. Dia pemain Timnas Indonesia. Namanya Nathan Tjoe-A-On."

Bulu kuduk Indah meremang mendengar nama itu disebut. Ia berusaha bersikap sewajar mungkin di hadapan remaja itu. "Tapi, kenapa wajahnya sangat Eropa, ya?"

"Dia dari Belanda. Keturunan Indonesia-Suriname. Makanya muka dia campuran gitu."

Indah mengangguk-angguk. Meletakkan bukti pembayaran rawat inap dan resep Dokter di atas paha. Gadis itu mengikat rambutnya dengan karet gelang merah dari bekas kemasan mangga potong.

"Kakak dari Belanda?" Diam-diam remaja di samping Indah memperhatikan berkas administrasi milik gadis itu.

Indah mengangguk.

"Hah? Seriusan dari Belanda?" Wajah remaja itu menegang melihat orang Belanda duduk bersisian dengannya.

Indah mengangguk lagi.

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang