Bab 31. Shock

718 97 5
                                    


Sejak di restoran tadi, Nathan sangat penasaran dengan luka di dagu Indah.

Gadis itu tengah mendongak menatap langit-langit kamar vila. Terenyak selama belasan detik tanpa mengedipkan mata.

"Kau mau berdiri disana sampai besok pagi, heh?"

Indah menurunkan pandangan. Menatap Nathan yang sedang terduduk di tempat tidur.

"Nathan, vila ini pasti sangat mahal, kan?"

Pria itu mengangguk pelan. Jika dihitung dengan nominal rupiah, vila ini sudah termasuk dalam kategori sangat mahal.

"Aku tidak bisa tinggal disini, Nath. Uang sakuku pasti bakal habis menyewa vila ini sampai 1 minggu."

Gadis itu menggeret koper menuju ruang utama. Nathan di atas tempat tidur buru-buru menyela langkah Indah agar ia tidak meninggalkan kamar vila itu.

"Hey, siapa bilang kau yang bakal membayar sewa vila ini." Tangan penuh guratan nadi itu memegang erat lengan Indah.

Indah menepis tangan itu. "Aku tidak ingin berhutang denganmu, Nath. Gajiku tidak bakal cukup mengganti uang sewa vila ini."

Nathan kembali memegang lengan gadis itu. Matanya tertuju pada luka di wajah Indah.

"Kau habis jatuh dimana, Indah?"

Saat pria itu ingin memegangi dagu, Indah dengan cepat menangkis tangannya.

Wajah gadis itu seketika menegang. Napasnya tak beraturan. Matanya menatap ke segala arah seperti orang ketakutan.

"Kau kenapa?" Nathan merendahkan intonasi suaranya melihat gelagat aneh gadis itu.

Indah tiba-tiba mendudukkan dirinya di atas koper. Mengusap permukaan wajah dengan kedua tangannya untuk menenangkan diri.

Melihat sikap aneh Indah, Nathan langsung bersimpuh di kaki gadis itu. Ia memeriksa kondisi Indah yang nampak kacau sejak ia tiba di vila ini.

"Kau baik-baik saja?"

Gadis itu menurunkan kedua tangan yang menutupi wajah. Menatap pemilik tatapan tajam itu dengan bulir air mata yang mulai menggenang di sudut kelopak mata.

"Tidak."

Nathan mengelus lengan Indah.

"Kau sakit?"

Bulir air mata meluncur deras membasahi pipi tirus Indah.

Gadis itu meraba sekujur tubuhnya yang terasa kotor sudah dipegang Sena. Ia masih mengingat jelas saat Sena melingkarkan tangan ke pinggangnya. Mengacungkan pisau pemotong daging steak ke perut Indah. Meneriaki garang akan menghabisi gadis itu.

Indah secara runtut masih mengingat kejadian itu di dalam benaknya. Dan, ingatan itu sungguh mengganggu Indah sepanjang hari ini.

"Apa terjadi sesuatu denganmu?" Nathan menerka-nerka melihat gadis itu memeluk badannya sendiri, seperti tengah melindungi tubuhnya dari ancaman bahaya.

Kepala itu perlahan mengangguk.

Nathan mendorong lututnya ke atas. Memberikan pelukan erat untuk menenangkan tangisan gadis itu.

"Siapa yang melakukan ini denganmu?"

Indah tersengal. Bulir air mata semakin membanjiri baju putih Nathan.

"Sena yang melakukan ini denganmu?" Teringat kalau Sena belum juga ditemukan sejak Indah membuat laporan di kantor Polisi, Nathan langsung berpikiran buruk dengan orang itu.

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang