Bab 26. Karma

731 98 14
                                    

Masih dalam suasana gegap-gempita euforia kemenangan telak atas Timnas Philipina. Lorong kamar hotel di lantai 28 ramai dengan kemeriahan para Punggawa Timnas yang menghabiskan malam mereka dengan pesta kecil-kecilan.

"Tidak apa-apa, Indah. Tidak apa-apa." Nathan sambil terus menenangkan Indah, tiba-tiba keluar dari pintu lift merangkul seorang gadis menuju lorong sebelah kiri.

Belasan pasang mata di lorong kamar hotel seketika terdiam. Kemeriahan pesta kemenangan itu mendadak terhenti.

"Wow?" Rafael, si rambut brokoli, tercengang melihat Nathan membawa seseorang ke lantai 28.

Ivar menyikut bahu Rafael. Memastikan apa yang dilihatnya ini memang sungguhan, bukan karena efek ia minum Anggur.

Sama halnya dengan Ivar, Justin menepuk-nepuk pipinya mengenyahkan efek anggur yang sudah mengacaukan penglihatannya.

Namun, apa yang dilihat para Punggawa Timnas itu memang kenyataan. Nathan memang membawa seseorang ke lantai 28. Melengos begitu saja mengabaikan tatapan heran teman-temannya.

"Eh, itu Kakak Jennie Blackpink?" Ricky tersadar saat sekilas melihat wajah Indah tengah mencari carlock di tasnya.

"Jennie Blackpink? Artis Korea?" Arhan, pemain sepakbola kasta tertinggi di Korea Selatan menoleh ke arah Ricky.

Saat para pria itu sibuk menerka-nerka siapa orang yang bersama Nathan. Tangan Justin perlahan mengeluarkan ponsel dari saku celana. Pria itu mengarahkan ponsel pada Nathan dan gadis yang tengah bersamanya. Merekam momen epik yang pastilah memiliki nilai jual tinggi untuk konten Exc nya.

"JANGAN ADA YANG MENGAMERAAA!!!"

Nathan di lorong sebelah kiri menghardik seseorang yang mengarahkan kamera ponsel padanya. Ini adalah kali pertama ia marah-marah di luar lapangan sepakbola.

Saking kencangnya suara teriakan Nathan. Ponsel Justin sampai terlepas jatuh dari genggamannya.

"Yahhh, pecah?" Justin tersentak melihat casing kaca bergambar Pokemon miliknya hancur berkeping-keping di lantai hotel.

Melihat hal itu, Rafael sontak menahan tawa. Pria itu menutup rapat mulutnya dengan sebelah tangan, menertawakan wajah merah padam Justin memunguti kepingan casing ponsel miliknya.

***

Tiba di kamar hotel, Nathan langsung mendudukkan Indah di kursi makan. Pria itu sebisanya membenarkan tatanan rambut Indah dengan menyisir rambut gadis itu menggunakan sela jemarinya. Pria itu berlutut, menatap miris wajah Indah yang basah oleh air mata.

Teringat akan sesuatu, Nathan menepuk pelan bahu Indah. "Tunggu disini sebentar."

Pria itu buru-buru keluar kamar. Kemeriahan pesta kemenangan kembali menggema di lorong kanan kamar hotel. Nathan berjalan setengah lari menghampiri kerumunan teman-temannya.

Persis saat Nathan tiba, pesta itu mendadak terhenti lagi. Wajah-wajah bingung para Punggawa Timnas langsung terarah pada Nathan, ekspresi panik pria itu mengundang rasa penasaran mereka.

"Mana dokter Al, Den?" Nathan mencengkeram kuat bahu pria tambun yang tengah mengangkat speaker musik di kepala.

Pria itu tergagap saat bahunya dicengkeram kuat Nathan. "Hah? Apa?"

"Dokter Al. Dokter Alfan!" Nathan tak sabaran menunggu respon Denny.

"K... Kamar. Di kamarnya." Denny menunjuk ke arah kamar Dokter Alfan.

Nathan tersenyum. Wajahnya jadi sedikit lebih tenang saat lengkung sabit itu menghiasi bibirnya. Buru-buru Nathan mengetuk pintu kamar Dokter Alfan.

Ada kiranya 5 menit pria itu menunggu sampai pintu kamar terbuka. Dan selama itu juga, para Punggawa Timnas membeku menatap heran pria misterius yang paling banyak memiliki fans wanita di Indonesia ini.

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang