Bab 39. Lost Contact

567 86 4
                                    


Indah tidak bercanda ketika mengatakan ia bakal sulit menjalin hubungan dengan Nathan.

Lebih dari 24 jam, pria itu tidak kunjung mendapat kabar kepulangan Indah di Belanda.

Gadis itu sesampainya di bandara langsung pergi sarapan bersama Robin. Lupakan mengabari Nathan di Bali, lupakan badannya yang lelah seusai duduk-rebahan-duduk selama di pesawat, dan lupakan soal jetlag. Indah sudah asyik bergosip ria dengan Robin di restoran Ramen.

"Kau... Dari mana kau dapat gelang mahal itu, heh?"

Indah menatap gelang manik pemberian Mama Nathan. "Ooh, ini. Gelang ini dikasih Mama temanku."

Robin menggeleng, menunjuk ke arah tangan Indah. Mulutnya penuh dengan gulungan mie yang mengepulkan asap. Seketika membuat ucapannya jadi tidak terdengar jelas di telinga Indah.

"Hihu... Hehang hiham!" Robin menunjuk gelang hitam diantara gelang manik dan gelang Tridatu.

Indah tertegun, tidak langsung menjawab pertanyaan Robin. Ia tidak mungkin mengatakan gelang ini pemberian Nathan. Bakal panjang urusannya kalau sampai teman-teman di NBC News tahu siapa pemilik gelang ini.

Melihat Indah hanya terdiam menatap gelangnya, Robin menelan semua mie ramen dengan dorongan minuman bersoda. Baru berucap spartan.

"Kau open BO ya selama di Bali?"

"Kurang ajar! Siapa yang mengajarimu bicara begitu, heh? "

Mata gadis itu melotot tajam. Ringan menimpukkan mangkuk mie ramen ke kepala Robin.

Pria itu mengaduh. Kepalanya seperti gegar otak sesaat setelah mendapat timpukan keras dari Indah. Langsung tidak berani bertanya apa-apa lagi dari mana gadis itu mendapat gelang mahal di tangannya.

***

Berselang 4 hari setelah kepulangan Indah ke Belanda, Nathan dan keluarganya pun ikut menyusul pulang ke Belanda seusai menikmati liburan mereka di Bali.

Mereka sekeluarga sedang transit di Bandara Internasional Hamad, Qatar. Romeo memesan ruangan khusus untuk mereka semua beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Amsterdam.

Papa dan Mama Nathan duduk santai di sofa panjang. Bercakap soal rencana bisnis mereka setelah Romeo pensiun dari pekerjaannya.

Joy dan Colin pergi entah kemana. Katanya suntuk hanya rebahan di ruangan itu. Mereka tidak ada niatan mengajak serta Nathan jalan-jalan dengan mereka, karena ingin menghabiskan waktu berdua saja.

Alhasil, tersisa Nathan seorang diri rebahan di tempat tidur sembari scrolling-scrolling vidio short instagram tanpa henti.

"Kalau ada Indah, pasti akan seru." Pria itu membatin sendiri. Mengingat berapa konyolnya tingkah mereka berdua menunggu waktu transit di Bandara ini, dengan jalan-jalan di taman tropis.

Nathan bangkit dari posisi rebahan, merenggangkan otot-otot di tubuhnya sebelum beranjak turun dari tempat tidur. Ia sepertinya harus mengikuti jejak Joy dan Colin keluar dari ruangan ini.

"Kau mau kemana, Noel?"

Pria itu menoleh, tersenyum cengengesan. "Liat-liat sepatu, Pa. Siapa tahu ada yang baru."

Romeo dan Melinda mengangguk bersamaan. Mempersilakan anak lanangnya meninggalkan ruang kamar menuju pusat perbelanjaan di Bandara ini.

Di antara keramaian pengunjung Bandara, Nathan berjalan sendiri memandang etalase-etalase sepatu bermerk terkenal, yang harganya tidak ramah di kantong pekerja bergaji UMR.

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang