Bab 13. Cemburu

808 85 7
                                    


Syuting memasuki hari kedua. Para kru kian serius menggarap film dokumenter. Tidak ada waktu leyeh-leyeh menikmati suasana asri pegunungan. Mereka fokus mengerjakan proyek sesuai batas waktu yang telah ditentukan.

"Pakai ini."

Seseorang mengeratkan jaket ke pundak Indah. Gadis itu menoleh. Dia sedang sibuk menghafal skrip dialog. Rencananya dalam suatu adegan, Indah akan mengajak keturunan asli Belanda yang bermukim di Desa Lapang untuk menceritakan secara runtut bagaimana keluarga mereka bisa tinggal di desa ini.

Indah menggeleng. Melepaskan jaket. "Gerah, Sena. Aku kuat kok tanpa pakai jaket."

"Bukan itu, lihat tanganmu. Bentol-bentol digigit nyamuk. Awas nanti kena DBD."

"De-Be-De?" Kening Indah mengerut. Ia baru pertama kali mendengar istilah itu.

"DBD. Penyakit karena gigitan nyamuk."

"Semacam penyakit Malaria yang menyerang orang-orang di Afrika?"

Sena menjentikkan jari. "Yap. Betul sekali."

Indah buru-buru memasang jaket ke badan. Ia tidak ingin dirinya sampai terserang DBD. Kerjaan Indah menumpuk, selesai syuting ia mesti membuat laporan presentasi untuk dikirimkan ke kantor NBC. Lanjut, melihat proses editing film dokumenter di kantor Kumparan.

Indah tidak ada waktu untuk sakit.

"Sini, aku bantu." Melihat Indah kesusahan memasang resleting jaket, Sena berinisiatif membantu gadis itu.

Sena berjongkok. Membenarkan posisi jaket. Lantas perlahan menarik slider ke atas mengikuti gerigi pengunci agar resleting tidak terbuka.

"Terima kasih, Sena."

Sena tersenyum. Kembali berdiri. Pria itu melepas topi yang dikenakannya, memasangkan pada Indah.

"Cuaca sedang terik, kau harus pakai topi untuk melindungi wajah."

Keakraban Sena dan Indah terekam dalam postingan instastory Soni. Pria itu tengah membuat vidio reel bersama kru wanita Kumparan. Mereka berjoget riang mengikuti alunan lagu. Tertawa-tawa karena beberapa temannya berjoget asal tidak mengikuti instruksi teman yang merekam vidio.

Postingan instastory Soni juga sampai ke berada Instagram Nathan. Pria itu sedang berada di bis. Sedang dalam perjalanan menuju tempat latihan.

Tidak ada yang salah dengan instastory Soni. Tidak masalah juga gerakan teman-teman Soni asal-asalan. Yang menjadi masalah, penampakan pria dan wanita di belakang Soni dan teman-temannya.

Jemari Nathan dengan cepat membalas instastory itu.

"Itu siapa, yang bersama Indah?"

Pesan mendadak dihapus. Pria itu memijit dagu. Kelihatannya isi pesannya sangat berlebihan.

Jemari itu mengetik lagi.

"Semangat!"

Pesan mendadak dihapus lagi. Untuk apa ia menyemangati Soni? Tanpa disemangati pun, pria itu pasti bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik.

Ketiga kalinya jemari Nathan mengetik lagi. Kali ini pilihannya jatuh pada emoji api membara.

Nathan memasukkan ponsel ke tas. Menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Mata tajamnya menatap keramaian arus-lalu lintas sepanjang perjalanan menuju tempat latihan.

Notifikasi ponselnya tiba-tiba berbunyi. Soni mengirimkan pesan balasan.

"Maksudnya, menyala abangku? Atau terbakar hatiku, bro?"

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang