Bab 38. Pulang

600 92 11
                                    


"Kau yakin tidak ada barang yang ketinggalan?"

Indah sekali lagi menyisir pandangan ke kamar Vila. Memastikan tidak ada barang yang tertinggal di ruangan itu.

"Iya, Nath." Gadis itu menjawab pendek. Perlahan menarik handle pintu, menutup rapat kamar vila yang ditempatinya selama 4 hari itu.

Nathan mengangguk. Menggeret kedua koper besar Indah menuju pintu keluar. Dan langsung disambut dengan uluran tangan pengemudi buggy car.

Disaat akan mengunci pintu vila, Indah seketika terbayang dengan kenangan singkat di tempat ini. Gadis itu tidak pernah menyangka, liburan yang tidak diharapkannya ini akan berakhir dalam sekejap mata.

Indah masih belum puas menikmati keindahan pantai-pantai di Bali. Ia pun belum mencoba Anggur terbaik di beachclub terkenal disini. Hatinya serasa enggan beranjak dari Bali, tetapi panggilan tugas dari Maxime memaksa gadis itu harus kembali pulang ke Belanda, demi masa depan kariernya di NBC News.

"Ayo, Indah."

Gadis itu menoleh. Bergegas menghampiri Nathan yang sudah duduk di atas buggy car.

Mereka duduk bersisian di belakang pengemudi buggy car. Indah menyenderkan kepalanya di bahu Nathan, menatap lamat pemandangan kebun bunga saat melintasi jalan menuju vila Papa dan Mama Nathan.

Sebelum kembali ke Belanda, Indah ingin berpamitan kepada kedua orang itu. Ia ingin mengucapkan terima kasih sudah diizinkan menginap di vila ini bersama keluarga mereka.

Melihat Indah menyenderkan kepala di pundaknya, Nathan mengecup pelan kening gadis itu sembari menggenggam erat tangan kanan Indah yang berhiaskan gelang pemberiannya.

***

Romeo menghamburkan pelukan melihat Indah tiba di vila mereka. Entah mengapa, pria itu nampak emosional sekali melepas kepergian gadis itu ke Belanda, yang notabenenya adalah kampung halaman mereka sendiri.

"Jaga dirimu, sayang. Jangan sampai telat makan, jangan keseringan begadang, jangan kebanyakan minum alkohol. Minuman itu tidak bagus untuk kesehatanmu."

Indah di dalam dekapan Romeo mengangguk pelan. Mengingat baik-baik semua pesan yang diucapkan Papa Nathan.

Romeo mulai melonggarkan pelukan, menatap dalam wajah Indah. "Semoga kariermu di NBC News lancar, nak. Semoga tidak ada lagi kejadian mengerikan yang menimpamu. Papa akan selalu mendoakan kebaikan untukmu."

Kening Indah terangkat. Mata gadis itu seketika berkaca-kaca mendengar ucapan Romeo.

Rasanya sudah lama sekali ia tidak mendapat pesan menyentuh dari seorang ayah. Hari ini, relung hatinya sempat yang hampa itu, seakan terisi penuh kembali dengan kehangatan kasih sayang seorang ayah yang begitu lama Indah rindukan.

Di sudut lain kamar vila, Joy dan Colin yang juga berada di tempat itu nampak terharu melihat keakraban Indah dengan Papa mereka.

"Terima kasih banyak sudah mengizinkan saya menginap disini, Om."

Romeo seketika memberengut tidak terima di panggil Om.

Melihat ekspresi pria itu, Indah buru-buru mengganti diksi kata. "Eh, maksudnya, Papa."

Pria plontos itu kembali tersenyum mendengar Indah menyebutnya Papa. 

Romeo mengukirkan sesuatu di kening Indah, mendoakan kelancaran perjalanannya sampai tiba di Belanda nanti.

Di bingkai pintu pun, Nathan tersenyum takzim melihat Indah mendapat kasih sayang tulus dari Papanya. Meski ia tidak sampai menangis seperti Joy, mata pria itu turut berkaca-kaca merasakan suasana emosional di vila ini.

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang