Bab 10. Security Gadungan

712 88 3
                                    

Sampai pukul 2 malam, mata Indah masih terjaga dari rasa kantuk.

Gadis itu mondar-mandir di kamarnya. Coba mengingat-ingat peristiwa yang terjadi tadi malam.

Langkahnya terhenti, menatap lemari baju. Indah bergegas membuka lemari itu, memandangi deretan pakaian yang sudah tersusun rapi sesuai warna dan jenisnya.

"Tidak mungkin..." Indah menggelengkan kepala. Tidak mungkin dia melakukan semua ini.

Indah tidak pandai menata barang sesuai warna. Dia bukanlah gadis yang resik.

Gadis itu mondar-mandir lagi. Terus memaksa otaknya mengingat peristiwa tadi malam.

Langkah Indah kembali terhenti, menatap pintu kamar. Indah ingat saat bangun tidur, posisi pintu kamarnya tidak terkunci. Ada kemungkinan ia pergi keluar dalam keadaan mabuk.

"Aaaagghhhhh bodoh sekali kau, Indah!" Indah mengusap wajah. Mengempaskan punggung di kursi makan. Tak sengaja mata gadis itu melihat paperbag bermotif kain batik di atas meja.

Indah mengambil paperbag. Ia harus mengembalikan pemberian fans Nathan ke resepsionis. Kacau jadinya kalau ada seseorang yang melihat benda ini di kamar Indah.

Dengan hanya mengenakan setelan pajamas, Indah berjalan cepat menuju lift. Gadis itu tak sabaran menunggu lift tiba di lantai utama. Terus memandangi monitor penanda jumlah lantai yang sudah dilintasi lift.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" Petugas resepsionis menyapa ramah muka kusut Indah.

Gadis itu menyodorkan paperbag motif batik pada petugas resepsionis.

"Apa ini, Nona?" Petugas resepsionis antusias menerima paperbag dari Indah. Jarang-jarang ada tamu hotel malam-malam begini memberikan bingkisan pada mereka.

"Punya Nathan Tjoe-A-On."

Wajah riang petugas resepsionis seketika tertekuk kusut seperti wajah Indah. Ia menyesal sudah berharap lebih melihat bingkisan di tangan gadis itu.

"Maksudnya hadiah untuk Nathan?"

Indah terdiam. Bingung ingin mengatakan apa. Tidak mungkin ia mengatakan bingkisan itu ketinggalan di kamarnya. Indah tidak punya bukti Nathan masuk ke kamarnya tadi malam.

"Anggap saja begitu."

Resepsionis menerima bingkisan itu. Tersenyum karier. "Anda tidak ingin memberikan langsung pada orangnya?"

Kening Indah mengerut.

"Itu, dia di belakang anda."

Indah menoleh. Seketika terbelalak kaget melihat sosok Nathan sudah berdiri di belakangnya.

"Kau juga diam-diam ngefans denganku, ya?" Nathan tersenyum. Menatap tajam ke arah Indah dengan tatapan alis dan kelopak matanya yang nyaris bersinggungan itu.

***

Nathan punya kebiasaan baru saat bertanding di Indonesia. Setiap pukul 2 malam, pria itu bakal menyelinap pergi dari kamar menuju resepsionis.

Nathan harus mengambil bingkisan dari para fans. Dan, hanya saat dini hari saja pria itu bisa leluasa membawa bingkisan ke kamar tanpa ditodong kamera ponsel dari cegils-cegilsnya.

Nathan baru tiba di lantai 28. Tersungut-sungut membawa tentengan bingkisan di kedua tangan. Pria itu hendak belok kanan ke arah kamar, namun sudut matanya tak sengaja menangkap sosok berpajamas putih mondar-mandir di lorong kamar sebelah kiri.

"Indah?"

Nathan terdiam. Keheranan melihat Indah dini hari begini mondar-mandir sendirian di lorong kamar.

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang