Extra Part •||• Wageningen Paradise

814 60 8
                                    

Pagi itu, Nathan terbangun bukan karena mendengar notifikasi alarm dari ponselnya, tetapi mendengar suara gaduh dari arah dapur apartemen.

Mata berkelir kecokelatan itu mengerjap. Mengedarkan pandangan ke langit-langit kamar, sembari mengumpulkan kesadaran dirinya sebelum beranjak turun dari tempat tidur.

Nathan menatap sprey dan selimut yang tersingkap berantakan bekas ditiduri sang istri. Senyum ganjil seketika merekah lebar di wajah berjambang itu. Tidak biasanya istrinya itu bangun lebih pagi dari dirinya. Malahan biasanya, Nathanlah yang lebih sering membangunkan Indah agar segera bersiap pergi ke tempat kerja.

Kaki jenjang Nathan menapaki lantai  tanpa menimbulkan suara. Ia sengaja mengendap-edap menghampiri Indah, untuk melihat apa yang sedang dilakukan istrinya itu pagi-pagi sekali di dapur apartemen.

“Masukan garam sesuai selera.”

Indah menggaruk kepala sembari menonton tutorial memasak nasi goreng di youtube.

Setelah masukan garam, kalian bisa menambahkan kecap manis untuk menambah cita rasa masakan.”

Gadis itu beranjak menuju rak bumbu dapur mengambil kecap manis.

“Masukan kecap sesuai selera.”

Indah kembali menggaruk kepala mendengar youtubers itu menyuruhnya memasukkan kecap sesuai selera.

“Sesuai selera itu bagaimana, sih?” Indah bergumam sendiri, tangannya sibuk memencet botol kecap yang isinya kosong itu.

“Yahhh, habis?” Gadis itu memukul-mukul botol kecap ke pinggiran kitchen set, agar dirinya bisa memasukkan sisa kecap tersebut ke dalam wajan berisi nasi goreng.

Beberapa kali mencoba memukul dan memencet kuat botol kecap, sisa kecap tak kunjung juga keluar dari dalam botol itu.

Indah segera memutar otak. Sepertinya ia tidak bisa mengikuti tutorial memasak nasi goreng dari youtubers ini. Ia lebih baik meniru nasi goreng buatan Ibunya, ketika  dimasakkan wanita itu saat Indah masih kecil dulu. Nasi goreng yang dibuat tanpa memakai kecap, tanpa pakai banyak garnish, hanya disajikan polos seperti nasi yang digoreng seadanya.

“Sudah siap!” Indah berseri-seri memasukkan nasi goreng ke dalam piring.

Gadis itu lantas membalikkan badan membawa piring berisi nasi goreng menuju meja makan.

“Kerja bagus, sayang.”

Senyum pulsa Indah menggantung di udara tatkala mendapati suaminya sudah duduk manis di meja makan sembari mengarahkan tatapan bangga padanya.

“Kau sudah bangun?”

Nathan menganggukkan kepala. Mana mungkin pria itu tidak terbangun mendengar kegaduhan yang sudah dibuat sang istri.

“Aku.... Membuat sarapan untuk kita.” Indah meringis halus ketika menyajikan nasi goreng di atas meja.

Wajahnya sedikit malu hanya bisa menyajikan nasi goreng sederhana untuk sarapan bersama suaminya.

Melihat Indah menggaruk-garuk kepala karena tidak pede dengan hasil masakannya sendiri, Nathan beranjak dari kursi untuk menghampiri sang istri.

“Tidak apa-apa, sayang. Aku bangga denganmu. Kau sudah berusaha membuat sarapan untuk kita. Jadi, ayo kita nikmati nasi goreng ini bersama-sama.” Tangan penuh guratan nadi itu memboyong tubuh mungil istrinya menuju meja makan.

Mereka saling duduk berhadap-hadapan agar bisa melihat ekspresi satu-sama lain.

Sejujurnya, Nathan sedikit merasa aneh melihat nasi goreng buatan istrinya ini. Setahunya, nasi goreng yang biasa disajikan di restoran atau kedai Indonesia berwarna kecokelatan bahkan agak kemerahan. Tetapi nasi yang disajikan Indah justru berwarna putih layaknya nasi biasa.

C'est La VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang