◇ 1

581 60 0
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ʜ



ʏ

ʀ



ɪ
ɴ
ɢ

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!

Desiran angin bertiup sepoi-sepoi, membelai lembut wajah Halilintar. Udara segar pagi ini terasa begitu menyenangkan, seolah-olah menyapu pergi semua rasa sakit yang tadinya membebani hatinya. Angin pagi yang sejuk menyusup ke dalam pori-pori kulitnya, memberikan sensasi menyegarkan dan menenangkan.

Sebelumnya, hati Halilintar terasa tercambuk oleh berbagai lontaran kata. Kata-kata yang menyakitkan itu menghujam hatinya, meninggalkan luka yang dalam. Namun, dalam suasana pagi yang tenang ini, perlahan-lahan perasaannya mulai meringan. Suara kicauan burung yang bersahutan menambah kedamaian suasana, seakan-akan alam sedang bernyanyi untuknya.

Terletak di tengah-tengah gedung pencakar langit, terdapat sebuah taman yang dihiasi dengan berbagai jenis bunga. Hamparan warna-warni yang menakjubkan, bunga yang tumbuh subur menghiasi setiap sudut taman.

Halilintar berjalan seraya bersenandung kecil, menikmati keindahan taman yang mengelilinginya. Langit biru tanpa awan, burung-burung berkicau riang, dan aroma bunga yang semerbak menyambut setiap langkah, membawa serta wangi tanah basah yang menyegarkan jiwa. Di kejauhan, suara air mancur yang gemericik menambah suasana tenteram.

Langkahnya terhenti, ketika Halilintar melihat seekor burung merpati yang sedang merawat anaknya. Burung merpati itu dengan lembut menyuapi anaknya dan merapikan bulu-bulu kecilnya. Pemandangan yang penuh kasih sayang itu membuat Halilintar tersenyum. Sudut bibirnya tertarik lebih dalam kala mengingat seseorang tengah dirindukannya. Memejamkan mata sesaat, Halilintar membuka mata setelah menghela napas gemetar.

Di bawah pohon besar yang menjadi tempat favoritnya, Halilintar duduk sejenak, merasakan ketenangan yang jarang ia temukan di tempat lain. Di sini, di bawah naungan daun-daun yang bergoyang pelan, ia bisa melupakan sejenak semua beban yang menumpuk di pundaknya. Angin sepoi-sepoi yang bertiup lembut seakan berusaha menghapus sejenak kesedihannya.

Halilintar menatap hamparan rumput hijau luas di depannya. Halilintar merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sebuah amplop putih yang telah ia simpan dengan hati-hati. Perlahan, ia membuka amplop tersebut, menatap deretan tulisan yang terpampang di atas kertas.

Matanya menelusuri setiap kata dengan hati-hati, mencoba menahan gejolak emosi yang mulai menyeruak dari dalam hatinya. Setiap kata di kertas itu seakan membawa beban baru yang membuatnya semakin terpuruk. Rasa sakit yang selama ini ia pendam kembali mengemuka, mengingatkannya pada kenyataan pahit yang harus ia hadapi.

Halilintar berpikir lebih baik menyimpannya kembali. Ia tidak siap untuk menghadapi kenyataan yang tertulis di sana. Dengan hati-hati, ia melipat kertas itu kembali dan memasukkannya ke dalam amplop. Tangannya gemetar saat menyimpan amplop tersebut ke dalam saku jaketnya. Mungkin, suatu hari nanti ia akan siap untuk menghadapinya, tapi bukan hari ini.

Dengan berat hati, Halilintar bangkit dari tempat duduknya. Pandangannya menyapu sekeliling, mencoba mengabadikan setiap detail dari tempat yang selalu memberinya kedamaian. Pohon besar ini, rumput hijau yang luas, dan angin sepoi-sepoi yang menenangkan-semua ini adalah bagian dari dirinya yang ingin ia bawa pulang.

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang