◇ 8

203 29 0
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd


ʜ



ʏ

ʀ



ɪ
ɴ
ɢ

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!



Halilintar menghela napas panjang ketika menerima keputusan dari sekolah. Meski hatinya berat, ia tahu harus menghadapi kenyataan ini dengan tegar. Tidak ingin membuang waktu berharga dalam penyesalan, Halilintar memutuskan untuk mencari pekerjaan baru, sesuatu yang bisa mengisi waktu luangnya dan mungkin membantu keuangan keluarga.

Di kamarnya yang sunyi, Halilintar duduk di tepi ranjang dengan ponsel di tangan. Membuka aplikasi pencari kerja dan mulai menggulirkan jari-jari di layar, melewati berbagai iklan pekerjaan. Sesekali berhenti membaca deskripsi pekerjaan, namun tidak ada yang benar-benar menarik perhatiannya. Hingga tiba-tiba, jarinya berhenti pada sebuah lowongan yang membuatnya terpaku.

"Dicari Asisten Detektif untuk Menangkap Penjahat. Lokasi: Jalan Cahaya No. 11," demikian bunyi iklan tersebut.

Mata Halilintar berbinar. Pekerjaan ini terdengar menantang dan menarik, jauh dari rutinitas sehari-hari yang membosankan.

Dengan cepat, Halilintar menghubungi nomor yang tertera di iklan. Suaranya sedikit bergetar karena gugup, namun Halilintar berusaha terdengar percaya diri.

"Selamat siang, saya Halilintar Putra Mahardika. Saya melihat iklan lowongan untuk asisten detektif. Apakah posisi tersebut masih tersedia?"

Di ujung telepon, terdengar suara berat dari seorang pria.

"Selamat siang, Halilintar. Ya, posisi tersebut masih tersedia. Apakah kamu berminat untuk bergabung? kalau iya, kamu bisa datang ke kantor untuk wawancara hari ini!"

"Ya, tentu saja. Saya bisa datang sekarang," jawab Halilintar dengan cepat.

Pria itu memberikan alamat dan beberapa petunjuk tambahan. Setelah mengakhiri panggilan, Perasaannya sedikit lega dan penuh harap. Halilintar segera bersiap-siap dan berangkat menuju kantor detektif tersebut.

Sesampainya di Jalan Cahaya No. 11, Halilintar merasa kagum melihat sebuah gedung tua namun kokoh yang tampak misterius. Gedung itu tampak sepi, namun ada aura ketegangan yang membuatnya semakin penasaran.

Seorang pria berusia paruh baya dengan wajah serius menyambutnya di pintu.

"Kamu pasti Halilintar kan. Saya Adrenna Kazio Shadows, kamu bisa memanggilku Kapten Kaizo. Silakan masuk, mari kita bicarakan lebih lanjut di dalam."

Halilintar mengikuti Kaizo ke sebuah ruangan yang dipenuhi berbagai peta dan berkas-berkas. Mereka berbincang tentang tanggung jawab pekerjaan, dan Halilintar menjelaskan mengapa ia tertarik dengan pekerjaan tersebut. Kaizo mendengarkan dengan seksama, mengangguk-angguk puas dengan jawaban Halilintar.

"Baiklah, Halilintar. Saya suka semangatmu. Kamu bisa mulai bekerja nanti malam hari. Selamat bergabung dengan tim kami," kata Kaizo sambil tersenyum tipis.

Halilintar mengucapkan terima kasih dengan penuh semangat. Meninggalkan gedung itu dengan perasaan lega dan bersemangat, siap menghadapi dengan tantangan baru. Meskipun di droup out dari sekolah, Halilintar merasa yakin bahwa ia bisa mengubah situasi ini menjadi peluang yang bermanfaat bagi dirinya dan mungkin juga membantu menangkap para penjahat.


»»————>

Matahari yang mulai terbenam ketika Gempa melangkah keluar dari ruang rapat OSIS, merapikan kemeja seragamnya yang agak kusut. Rapat kali ini membahas persiapan acara perpisahan sekolah, dan seperti biasa, diskusi berjalan lebih lama dari yang dijadwalkan.

Langit sore berwarna oranye keunguan saat Gempa menyusuri koridor sekolah yang sudah mulai sepi. Jam di dinding menunjukkan pukul 17.42.

"Wah, sudah selarut ini," gumamnya, mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah. Kini Gempa duduk di pinggir taman menunggu taksi yang ia pesan.

Saat Gempa memainkan ponselnya, merasakan bulu kuduknya berdiri. Telinganya menangkap suara yang aneh, suara tangis yang lirih dan terisak. Gempa menajamkan pendengarannya, memastikan bahwa suara itu bukan sekadar imajinasinya. Tangisan itu terdengar jelas, menyiratkan kesedihan yang mendalam.

Gempa menoleh ke arah belakang, matanya berusaha menembus kegelapan yang mulai menyelimuti. Rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya.

Gempa menghela napas panjang dan memutuskan untuk mencari tahu siapa yang menangis. Kakinya melangkah perlahan-lahan, suara tangis itu semakin jelas di telinganya. Di bawah pohon beringin besar yang berdiri tegak di sudut taman, Gempa melihat sosok seorang gadis duduk membelakangi, tangannya meraih seraya mengguncang pelan bahunya.

"Halo, kamu tidak apa-apa?" suara Gempa terdengar lembut namun tegas, berusaha tidak mengejutkan gadis itu.

Gadis tersebut terdiam sejenak, lalu menoleh perlahan. Wajahnya yang basah oleh air mata terlihat sangat sedih, matanya merah dan sembab.

»»————>

Di dalam kamar yang dipenuhi oleh kegelapan malam, Halilintar bersiap-siap untuk menjalani malam pertamanya bekerja. Dengan cermat,  memilih pakaian serba hitam yang telah dipersiapkannya sejak sore tadi. Setiap gerakan dilakukannya dengan hati-hati, mencoba untuk tidak membuat suara berisik yang akan menarik perhatian siapapun di rumah.

Setelah memastikan bahwa penampilannya terlihat sempurna di cermin, Halilintar melangkah menuju pintu kamarnya. Dari sana, matanya memperhatikan situasi di sekitar rumah dengan cermat, memastikan bahwa tidak ada tanda-tanda kecurigaan sebelum dia melangkah keluar.

Halilintar bergegas menuju garasi, tempat motornya yang setia menunggu. Dengan cekatan, Halilintar mengenakan helm dan memutar kunci kontak. Suara mesin motor menderu pelan, cukup untuk membelah keheningan malam tanpa menarik perhatian. Halilintar melesat keluar dari halaman rumah, meninggalkan bayangan hitam yang menyatu dengan kelamnya malam.

Perjalanan itu terasa cepat, adrenalin mengalir deras dalam nadinya. Pikiran tentang apa yang akan dihadapinya membuat Halilintar semakin fokus. Setiap tikungan di jalan dilaluinya dengan keahlian seorang pengendara yang berpengalaman.

Akhirnya, sampai juga di tempat yang dijanjikan. Halilintar memarkir motornya dan menatap sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang mengikutinya. Dengan napas teratur, Halilintar berjalan menuju titik pertemuan, siap untuk menjalankan tugasnya.


。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang