◇ 10

214 28 0
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ʜ



ʏ

ʀ



ɪ
ɴ
ɢ

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!

Langkahnya ringan menyusuri ruangan gelap, dan dengan gesitnya, ia meluncur masuk ke dapur. Di dalam, aroma familiar rempah-rempah menyambutnya, membuatnya merasa seperti di pelukan hangat rumah yang telah lama ditinggalkannya. Namun, kesunyian yang menyelubungi rumah membuatnya merasa semakin terisolasi.

Ketika ia mulai naik tangga menuju kamarnya, suara panggilan tiba-tiba memecah kesunyian malam. Kakinya berhenti sejenak, mendengarkan dengan hati yang berdebar-debar, sebelum akhirnya memutuskan untuk membalikkan badan. Di hadapannya, terlihat sosok Gempa, berdiri tegak dengan tatapan tajam yang menyelidiki.

"Abang, dari mana saja? pulang tengah malam begini?" desisnya, suaranya penuh khawatir dan tegas.

Halilintar merasa dadanya sesak, mencari-cari alasan yang tepat.

"Aku hanya pergi sebentar untuk mengambil udara segar. Aku tidak bisa tidur, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawabnya dengan senyum terpaksa.

Namun, Gempa tak langsung percaya. Matanya menyelidiki setiap gerak dan ekspresi Halilintar dengan seksama.

"Terus kenapa kamu memakai baju serba hitam? Dan kenapa tanganmu berdarah?! Lihat! Bajumu juga kotor!" ucapnya dengan nada serius.

Halilintar menelan ludah, berusaha mempertahankan kedoknya.

"I-ini baju tidurku yang baru! Dan tadi ada yang mencoba mencopet uangku! J-jadi aku kejar dan akhirnya kami berdua bertarung," ucapnya, suaranya bergetar dalam upaya meyakinkan.

Namun, Gempa tak bergeming. Sorot matanya tetap tajam, memeriksa setiap detail yang mencurigakan.

"Lalu, kenapa bajumu sampai kotor begini? Dan darah di tanganmu, apakah itu juga hasil pertarungan?" tanyanya, nada suaranya penuh kecurigaan dan ketegasan.

Halilintar merasa jantungnya berdetak semakin kencang. Ia sadar, alibi yang ia utarakan mungkin saja tidak cukup untuk mengelabui Gempa.

Dengan napas tertahan, Halilintar mengangguk. "Iya," jawabnya singkat sebelum melesat menuju kamarnya, berharap bisa menghindari lebih banyak pertanyaan.

Tatapan tajam Gempa masih mengikuti langkah Halilintar saat ia pergi, mata elangnya tak melepaskan setiap gerak-gerik yang mencurigakan. Gempa akhirnya memutuskan untuk mengikuti langkah Halilintar, dengan langkah hati-hati Gempa bergerak menuju kamarnya sendiri, pikirannya terus dipenuhi oleh berbagai kemungkinan yang terjadi.

»»————>

Halilintar melesat menuju kamarnya dengan langkah-langkah terburu-buru, seolah-olah ada badai yang mendorongnya dari belakang. Sesampainya di sana, Halilintar segera menuju kamar mandi, meraih sabun dan air dingin untuk membersihkan tubuhnya yang lelah dan kotor. Air mengalir deras, seakan-akan ingin menghapus semua jejak hari yang berat itu.

Setelah membersihkan diri, Halilintar mengambil kotak P3K dari laci meja belajarnya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, membuka kotak itu dan mulai membersihkan luka di tangannya. Setiap sentuhan alkohol pada kulitnya yang terluka membuatnya meringis, tapi ia tahu ini perlu dilakukan.

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang