◇ 27

264 33 9
                                    

⚠️PERINGATAN⚠️

DISINI AKAN ADA ADEGAN SADIS DAN DARAH YANG TERLALU BERLEBIHAN, DIMOHON UNTUK MEMBACA DENGAN BIJAK!!!

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

⇄ ◀ 𓊕 ▶ ↻

~Happy Reading~

" Hahahahahaha, kalian semua lemahh!!! "

Supra kini berjalan sempoyongan seraya tertawa, senyumnya yang menyeramkan menghiasi wajahnya. Tangan kasarnya meraih pedang Halilintar yang tergeletak di tanah berdebu, sambil menggenggamnya dengan erat.

Mata Supra yang berkilat-kilat menatap Halilintar yang terkapar tak berdaya. Tubuh Halilintar digenangi darah yang memerah tanah di sekitarnya. Mata Halilintar masih terbuka, meski pandangannya mulai kabur. Bibirnya yang pucat pasi bergetar, mencoba mengucapkan kata-kata yang tertahan di tenggorokan.

Luka menganga di perut Halilintar terus mengalirkan darah, membasahi pakaiannya yang sudah koyak. Halilintar berusaha mengambil napas dalam-dalam, namun setiap helaan terasa begitu menyakitkan. Rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya semakin tak berdaya.

Supra mendekati Halilintar, setiap langkahnya diiringi suara gemeretak dari batu-batu kecil yang terinjak. Dia berdiri di atas Halilintar, matanya memandang tajam ke bawah.

"Ini adalah akhir dari permainan, Halilintar,"

"Kau mungkin kuat, tetapi aku-lah yang pemenangnya" lanjutnya.

Halilintar berusaha merespon, tetapi hanya suara lemah yang keluar dari bibirnya. Dia merasa seolah waktu berjalan lambat, setiap detik terasa seperti selamanya. Halilintar teringat akan semua yang telah dia perjuangkan, semua yang dia coba lindungi. Matanya yang mulai kehilangan sinar menatap langit yang semakin gelap.

Hoekk—

Matanya membulat saat melihat mulut Halilintar mulai mengeluarkan cairan racun yang disuntikkan beberapa menit lalu. Racun hitam pekat mengalir semakin deras, membuat Supra tersenyum sinis. Luka di perut Halilintar juga mulai mengering, darahnya berhenti mengalir. Tatapan Supra kini beralih ke Cahaya yang masih terikat di kursi lapangan.

"Dasar brengs*k!!!, pasti ini semua ulahmu kan?!,"

Langit malam merentangkan selimut kegelapannya, mengintimidasi Cahaya yang duduk terpaku dengan tubuh gemetar. Wajah Supra yang tadinya marah kini dihiasi senyuman lebar, senyuman yang penuh arti. Cahaya, yang duduk beberapa langkah di hadapannya, merasa ketakutan semakin menggerogoti dirinya. Wajahnya pucat pasi, memahami maksud dari tatapan dan senyuman Supra yang menakutkan.

"Kau pasti tahu, kan? Aku sangat benci orang yang menggagalkan kebahagiaanku," ucap Supra dengan nada menyeringai, memamerkan gigi-giginya yang tersusun rapi namun menakutkan.

Tanpa peringatan, Supra berdiri cepat dan berlari ke arah Cahaya, pedangnya diayunkan dengan kekuatan penuh. Cahaya menjerit, menutup matanya, seolah berharap dapat menghindari takdir yang akan menimpanya.

Zrazh!

Suara tajam yang memekakkan telinga itu diiringi dengan sensasi dingin dan basah di wajah Cahaya. Ia merasakan darah mengalir perlahan, bau amis menyeruak ke hidungnya, membuatnya hampir muntah. Perlahan, dengan rasa takut yang mendominasi, ia membuka matanya. Cahaya terkejut melihat sosok di hadapannya berdiri dengan lengan kiri terpotong, darah mengucur dengan deras.

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang