◆ 12

227 32 6
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ʜ



ʏ

ʀ



ɪ
ɴ
ɢ

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!


Gempa memandang sekeliling dengan wajah tegang ketika mengendarai mobil menuju sekolah. Biasanya, perjalanan itu diantar oleh Halilintar.

Kali ini suasana tegang dan sepi. Taufan, Blaze, dan Thorn yang biasanya ramai menceritakan hal-hal konyol, kini hanya berdiam, pikiran mereka kacau dengan kejadian Halilintar tadi.

Sesampainya di sekolah, Gempa melangkah dengan mantap menuju ruang OSIS untuk rapat pagi.

"Kak Gempa!. "

Langkahnya terhenti secara tiba-tiba ketika sebuah suara memanggil namanya. Dengan perlahan, Gempa membalikkan badannya, hanya untuk menemukan gadis yang ia temui semalam.

Dengan langkah berani, gadis itu mendekatinya, menggandeng lengan Gempa dengan senyum lebar yang memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung, memenuhi udara dengan aura yang menghangatkan hati. Gempa merasa wajahnya memanas dan hatinya berdebar kencang, tersipu malu oleh kehadiran gadis itu di sisinya.

"Akhirnya kamu berangkat juga, Kak! Aku sudah lama menunggumu!" ucap gadis itu seraya memperlihatkan netra emerald matanya yang berkilau.

"Ahh, i-iyaa! M-maaf tadi kami berangkatnya agak kesiangan! Tapi, kenapa kamu menungguku? Bukankah bentar lagi bel masuk akan berbunyi?" Tanya Gempa.

"Oh, iyaa! Aku belum memberitahumu, aku sekarang sudah menjadi anggota OSIS baru!" jawab gadis itu dengan senang.

Gempa tersenyum manis seraya memperhatikannya. Gadis itu memiliki netra mata berwarna emerald dan rambut panjang berkepang dua berwarna hitam legam.

"Yaudah, ayo masuk!" ajak gadis itu menggandeng tangannya.

»»————>

Solar sekarang berada di Lab sekolah, suasana sunyi mengiringi detik demi detik yang berlalu. Matanya menatap obat yang diminum Halilintar dengan penuh kecemasan. Dalam benaknya, ada teka-teki besar yang harus segera dipecahkan.

Solar dengan hati-hati memeriksa label pada botol obat itu dan mencari tahu lebih lanjut tentang kandungannya melalui buku referensi dan internet. Setelah beberapa saat, Solar merasa napasnya tertahan.

Hasil penelusurannya menunjukkan kenyataan yang sangat mengejutkan, kengerian dan kesedihan menyelimuti dirinya seketika. Solar tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ditemukannya. Dengan tangan gemetar, Solar mengambil ponselnya dan mengetik pesan singkat.

Solar kemudian mengembalikan ponselnya ke saku dan berjalan keluar dari Lab untuk menuju ke kelasnya karena sebentar lagi pelajaran akan dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Solar kemudian mengembalikan ponselnya ke saku dan berjalan keluar dari Lab untuk menuju ke kelasnya karena sebentar lagi pelajaran akan dimulai.

»»————>

Halilintar terbangun dari tidurnya yang lelap oleh dering telepon yang menggema di kamarnya yang gelap. Sambil mengerang pelan, ia merasakan badannya yang lumayan enak, meskipun kepalanya masih berdenyut dan perutnya sedikit mual.

Dengan mata setengah terpejam, Halilintar meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja di samping tempat tidurnya. Di layar ponsel, nama Kaizo terpampang jelas, menandakan bahwa panggilan itu datang dari rekannya.

Halilintar menghela napas panjang sebelum menjawab panggilan tersebut.

"Halo, ada apa kapten?" suaranya serak, efek dari tidur panjang yang baru saja terganggu.

"Halilintar, kamu harus segera datang ke markas," suara Kaizo terdengar tegas di seberang sana. "Kita punya misi penting yang harus dijalankan."

Halilintar menggosok matanya, mencoba mengusir sisa kantuk yang masih menggantung.

"Baik, Kapten. Aku akan segera ke sana," jawabnya singkat, mencoba untuk sepenuhnya tersadar dari lamunannya.

"Jangan lama-lama. Waktu kita tidak banyak," Kaizo menutup pembicaraan dengan nada mendesak.

Halilintar meletakkan kembali ponselnya, sejenak merenungi perintah tersebut. Meski tubuhnya masih merasa sedikit lemas, ia tahu bahwa tugas ini tidak bisa ditunda.

Halilintar bangkit dari tempat tidurnya, matanya masih berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang mulai merambat masuk melalui celah-celah tirai. Dengan langkah terhuyung-huyung, ia bergegas menuju kamar mandi, berharap pancuran air dingin bisa sedikit mengusir rasa pusing dan mual yang masih membelenggu tubuhnya.

Srazhh

Di bawah aliran air yang deras, Halilintar merasakan setiap tetesnya mengembalikan kesadaran dan kesegaran. Membiarkan pikirannya melayang sejenak, memikirkan apa yang mungkin menantinya di markas. Misi yang disebutkan Kaizo pasti penting, dan ia harus berada dalam kondisi terbaiknya.

Tak lama kemudian, Halilintar keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah dan meneteskan air yang membasahi punggungnya. Halilintar  mengenakan baju serba hitam yang sudah menjadi ciri khasnya, sebuah simbol kesiapannya dalam menghadapi segala tantangan. Dengan cekatan, tangannya memasukkan beberapa peralatan penting ke dalam tasnya, memastikan tidak ada yang tertinggal.

Setelah memastikan dirinya siap, Halilintar mengambil helm dari gantungan di dekat pintu. Melangkah keluar rumah seraya mengunci pintu dengan cepat sebelum menuju motornya yang terparkir rapi di depan. Mesin motor menggeram lembut saat dihidupkan, sebuah suara yang selalu memberinya semangat.

Dengan satu tarikan gas, Halilintar melaju di jalanan yang masih lengang. Angin pagi menerpa wajahnya, membawa kesejukan yang semakin membuatnya terjaga. Di balik visor helm, matanya fokus menatap jalan, memikirkan langkah-langkah yang harus diambil begitu sampai di markas.

Perjalanan menuju markas terasa seperti ritual yang sudah sangat ia kenal, namun hari ini ada perasaan berbeda yang menyelimutinya. Ada ketegangan yang tak biasa, mungkin karena nada suara Kaizo yang terdengar lebih serius dari biasanya. Halilintar mempercepat laju motornya, berharap bisa tiba tepat waktu dan segera mengetahui apa yang sedang terjadi.

Sesampainya di markas, Halilintar memarkir motornya dan melangkah masuk dengan penuh percaya diri. Ia tahu, apa pun yang menantinya di dalam sana, ia siap menghadapinya dengan seluruh kemampuan dan dedikasi yang dimilikinya. Kaizo dan tim sudah menunggu, dan misi penting itu segera dimulai.



。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang