◇ 26

242 32 10
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

⇄ ◀ 𓊕 ▶ ↻

Krakk—

Sosok bertopeng itu menghancurkan ponsel milik Gempa, suaranya bergema di lapangan yang sunyi. Ia tertawa keras, suara tawanya mengiris keheningan malam.

"Ha-ha-ha! Akhirnya, setelah sekian lama, aku menemukannya!" katanya dengan suara yang berat dan penuh kemenangan.

Dengan langkah mantap, sosok itu berjalan menuju Zahra yang terikat di kursi, berlutut di depannya, lalu mengangkat dagu Zahra dengan jari-jari tangannya yang kasar. Matanya menatap dalam-dalam ke mata Zahra, seolah ingin menembus jiwa wanita itu.

"Aku benar-benar tak menyangka," gumamnya pelan, namun terdengar jelas.

"Naureen Cahaya Kirana, nama yang terkenal dengan kejeniusan luar biasa sepertimu, dicari-cari oleh para ilmuwan sampai mereka bahkan menawarkan sejumlah uang yang sangat besar untuk membawanya bergabung dengan mereka, namun sayangnya, orang itu diberitakan mati karena racun yang ia buat sendiri."

"Tetapi, aku tidak percaya begitu saja. Semua bawahanku aku tugaskan untuk mencari kebenarannya. Akhirnya, selama empat tahun, anak buahku berhasil mendapatkan bukti yang cukup kuat bahwa sosok itu ternyata masih hidup."

Zahra, atau Cahaya, tertegun. Ia berusaha menahan rasa takut yang mulai merambat dalam dirinya. Sosok itu berdiri, lalu berbalik dengan gagah.

Ramuanmu," lanjutnya dengan nada serius, "akan menjadi kunci kesuksesanku. Dengan campuran ramuan milikmu dan milik Solar, aku akan menjadi ilmuwan yang tak tertandingi dan semua orang pasti akan tunduk padaku!!!"

Kini matanya beralih ke arah Gamma yang terikat di pinggir lapangan. Sosok bertopeng itu menyeringai, sebuah senyum penuh kemenangan yang membuat Gamma merinding dan wajahnya pucat pasi. Ia tahu apa maksud dari tatapan tersebut.

"Kalian semua berada di sini untuk menyaksikan kebangkitanku," katanya dengan penuh keyakinan.

"Dan tidak ada yang bisa menghalangiku."

Kaizo, yang tergeletak tak berdaya, berusaha untuk berbicara. "Kau... kau tak akan lolos begitu saja," katanya terengah-engah. "Kami akan menghentikanmu."

Sosok bertopeng itu tertawa lagi, kali ini lebih keras, diikuti oleh anak buahnya.

"Beraninya kau menantangku? Kau tak lebih dari seorang anak kecil yang mencoba bermain di dunia orang dewasa."

Ia berjalan mendekati Gamma dan memeriksa ikatan pada tangan dan kakinya.

"Jangan khawatir, Gamma. Kau akan segera melihat keajaiban ilmiah yang belum pernah ada sebelumnya," katanya seraya mengelus kepala Gamma.

"Jangan berani-beraninya menyentuh adikku, brengs*k! Aku akan membuat hidupmu menyesal!" ancam Voltra dengan suara penuh kemarahan.

Sosok bertopeng itu tertawa, perutnya geli karena ancaman yang dilontarkan oleh Voltra.

Kriett—

Tidak lama kemudian, pintu terbuka menampakkan sosok yang kini ia tunggu-tunggu.

"Selamat datang, Halilintar!" ucapnya seraya menyeringai. Halilintar, dengan pandangan tajam dan penuh kebencian, memasuki ruangan.

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang