◆ 11

234 36 5
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ʜ



ʏ

ʀ



ɪ
ɴ
ɢ




。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!




Ice!






Ice!







Sadarlah...

Suara lembut yang menenangkan tiba-tiba menyelinap ke dalam ruangan, meredakan gelombang kegelisahan yang melanda. Ice membuka matanya dengan perlahan, menemukan Gempa yang tegar berdiri di hadapannya, tangan Gempa memegangnya erat.

Blaze dan Taufan duduk dengan serius di sekitar mereka, sementara Thorn dengan penuh perhatian membawakan segelas air untuknya. Solar menatap Ice seraya menutup bukunya, kerut di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

"Ada apa, Ice?" tanya Solar dengan nada khawatir.

Ice belum mampu memberikan jawaban, pikirannya masih terperangkap dalam belitan ingatan terakhir yang terangkai. Semua mata terpaku padanya, menantikan sebuah penjelasan yang tak kunjung terucap.

"Di mana kak Hali?" Ice bertanya, suaranya penuh kegelisahan.

Mereka saling menatap dengan tatapan bingung, hingga akhirnya Gempa dengan lembut memberikan jawaban.

"Abang masih berada di kamarnya. Apa yang terjadi, Ice?" tanya Gempa dengan rasa ingin tahu yang mendalam.

Ice tidak memberikan jawaban, hanya dengan langkah pasti, Ice menyingkirkan kursinya dan bergegas ke kamar Halilintar. Tanpa ragu, saudaranya dengan cepat mengikuti langkahnya.


Ceklek

Ice membuka pintu kamar, menemukan Halilintar terbaring di atas tempat tidurnya. Dengan kepala yang dikepung oleh kegelisahan, Ice menggelengkan kepalanya sambil menahan isakannya.

Ingatan akan momen-momen menyakitkan mulai melanda pikirannya. Dengan cepat, Ice meraih selimut yang menutupi tubuh Halilintar dengan kasar. Halilintar terbangun dari tidurnya dengan kaget, merasakan tarikan tiba-tiba pada selimutnya yang membuatnya tersentak.

"Ada ap—"

Ice hanya bisa terisak, memeluk Halilintar semakin erat seolah tak ingin melepaskannya. Tubuhnya bergetar hebat, mencerminkan badai emosi yang berkecamuk di dalam hatinya.

Sementara itu, saudara-saudaranya yang berada di luar pintu kamar saling berpandangan dengan tatapan cemas. Mereka bingung dan khawatir, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Gempa, yang merasa perlu untuk mengambil kendali situasi, melangkah mendekati Ice.

"Ice, apa yang sebenarnya terjadi?."

Ice berusaha mengumpulkan kata-katanya di tengah isakannya,

"Aku... aku bermimpi buruk. Dalam mimpi itu, Kak Hali pergi dan tidak pernah kembali. Aku takut... aku takut kehilangan Kak Hali."

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang