◆ 14

241 28 2
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ʜ



ʏ

ʀ



ɪ
ɴ
ɢ

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!

Saat senja mulai merambat ke langit, sebuah mobil berhenti di depan rumah. Dari mobil tersebut keluar Gempa, Blaze, Ice, Thorn, dan Solar. Di belakangnya, sebuah mobil lain yang dikemudikan Fang ikut berhenti. Yaya, Ying, Fang, dan Gopal turun dengan cepat, menyusul teman-teman mereka yang sudah tiba lebih dulu.


Thorn, yang sejak awal sudah gelisah, langsung berlari menuju pintu rumah. Wajahnya terlihat penuh kecemasan dan harapan. Sementara Gempa dengan tenang tapi tegas, melangkah ke depan, mengambil kunci rumah dari sakunya.

"Gempa, cepat buka pintunya!" seru Thorn dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca. Ia tidak bisa menahan kegelisahannya lebih lama lagi.

"Tenang, Thorn. Aku sedang membuka," jawab Gempa, berusaha tetap tenang meskipun hatinya juga diliputi kegelisahan.

Dengan satu putaran kunci, pintu rumah pun terbuka. Thorn langsung menerobos masuk tanpa menunggu lebih lama. Namun, sebelum masuk, matanya tertumbuk pada garasi yang pintunya setengah terbuka. Thorn berlari ke arah garasi dan memeriksa dengan saksama.

Garasi itu tampak kosong, hanya ada motor Blaze yang terparkir di sudut dan beberapa alat-alat bengkel. Hatinya semakin gelisah bahwa motor milik Halilintar tidak ada di tempat biasanya.

"Kak Gempa, motor Kak Hali tidak ada!" serunya.

Gempa yang mendengar seruan Thorn segera bergegas ke garasi. Ia melihat ke dalam dan mendapati kebenaran yang sama. Motor Halilintar memang tidak ada. Hati Gempa berdebar lebih kencang, namun ia berusaha tetap tenang demi adik-adiknya.

Di Ruang tamu yang biasanya hangat dan menyambut terasa sunyi dan dingin. Cahaya lampu yang menyala tidak mampu mengusir kegelisahan yang melanda hati mereka.

"Kak Hali! Kak Hali!" Teriak Thorn menggema di seluruh ruangan, namun tidak ada jawaban yang terdengar.

Gempa dan yang lainnya segera menyusul masuk. Mereka menyebar, memeriksa setiap sudut rumah. Blaze dan Ice menuju dapur, Solar naik ke lantai atas, sedangkan Yaya, Ying, Fang, dan Gopal memeriksa di lantai bawah.

Thorn berlari ke kamar Halilintar. Pintu kamar itu tertutup rapat. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu dan melangkah masuk. Kamar itu tampak rapi, seolah tidak ada yang menghuninya. Tempat tidur tersusun rapi, meja belajar tertata, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Halilintar.

Thorn terduduk di lantai, air matanya mulai mengalir deras.

"Di mana Kak Hali? Kenapa tidak ada di sini?" ratapnya.

Gempa yang baru saja selesai memeriksa ruang keluarga, segera menghampiri Thorn. Ia berjongkok di depan adiknya dan memeluknya erat.

"Tenanglah Thorn, pasti Kak Hali hanya keluar sebentar. "

Solar yang baru turun dari lantai atas, membawa kabar bahwa ia juga tidak menemukan Halilintar di atas.

"Tidak ada tanda-tanda Kak Hali di lantai atas," katanya dengan wajah penuh kekhawatiran.

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang