◇ 3

223 33 0
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ʜ



ʏ

ʀ



ɪ
ɴ
ɢ


。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!


Mereka semua berlari mengejarnya, takut kalau Blaze melakukan hal yang konyol. Sesampainya di rooftop sekolah, Blaze melihat sosok yang sangat dibencinya. Halilintar tengah duduk di bangku dengan pandangan kosong.

Tanpa berpikir panjang, Blaze menghampiri Halilintar seraya melayangkan pukulannya. Halilintar terjatuh dari bangku, terkejut seraya memegangi pipinya yang memerah. Blaze mencengkeram kerah Halilintar dan menariknya agar berdiri.

"Bangun, brengsek!" teriak Blaze dengan marah, matanya berapi-api.

Halilintar tergagap, mencoba memahami apa yang terjadi.

"Apa yang kau lakukan, Blaze?" katanya dengan suara gemetar. Blaze menyeringai, kemudian menendang perut Halilintar dengan keras.

"Brughh...

Arghhh!"

Halilintar tersungkur ke lantai, memegangi perutnya. Sementara itu, di belakang mereka, teman-temannya membelalak kaget.

"Kak Hali!. " Teriak Thorn.

Thorn berlari mendekati Halilintar yang kesakitan, sementara Yaya dan Ying berusaha keras menghentikan Blaze.

"Blaze, hentikan!" teriak Yaya dengan napas terengah-engah. Taufan dan Gempa hanya berdiam di depan pintu rooftop.

Blaze tidak menggubrisnya, ia mulai menarik Halilintar dan kembali memukulinya. Tangisan Thorn pecah, memohon Blaze untuk menghentikannya. Halilintar tidak ingin membalasnya, membiarkan Blaze meluapkan semua emosinya.

"Hentikan, Blaze! Kalau tidak aku-"

"JANGAN MASUK CAMPUR, BRENGSEK!" Blaze memotong pembicaraan Yaya.

Thorn berlari ke arah Blaze, menarik paksa tangannya untuk melepaskan cengkeramannya di leher Halilintar. Pipinya yang sudah basah dan tubuhnya yang gemetaran melihat darah yang keluar dari sudut bibir Halilintar.

"LEPASKAN, KAK!"

Thorn bersusah payah melepaskan cengkeramannya. Blaze yang masih tersulut emosi menarik tangan Thorn dan membantingnya ke lantai, membuat Thorn meringis kesakitan. Semua terbelalak kaget melihat apa yang sudah dilakukan oleh Blaze.

"HENTIKAN, BLAZE!" titah Gempa dengan suara tegas, kini matanya yang mulai memanas.

Taufan segera mendekati Thorn yang mulai tak sadarkan diri. Dengan hati-hati, ia berlutut di samping Thorn dan memeriksa kondisinya.

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang