◆ 16

179 24 0
                                    

𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷 𝓪𝓽𝓪𝓾 𝓛𝓮𝓹𝓪𝓼𝓴𝓪𝓷?
ᴀᴜᴛʜᴏʀ : citracpd

ʜ



ʏ

ʀ



ɪ
ɴ
ɢ

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆
ʀᴀʀᴀ☆

ᴠᴏᴛᴇ&ᴋᴏᴍᴇɴ!

Di ruang bawah tanah yang remang-remang, Kaizo dengan hati-hati meletakkan tubuh Felix yang tak sadarkan diri di sudut penjara. Kegelapan malam seakan ikut menyelimuti perasaan tegang yang melingkupi ruangan itu. Langkah kaki yang mantap terdengar mendekat, menambah ketegangan yang telah menggantung di udara.

"Sial! Berani-beraninya dia membohongi kita, kenapa kapten tidak membunuhnya saja?" Halilintar berbicara dengan nada frustrasi yang jelas terdengar.

Halilintar, dengan lengan yang sudah diperban rapi dan plester di sudut bibirnya yang sobek, kini berdiri di belakang Kaizo yang masih sibuk mengunci sel penjara. Setiap gerakannya penuh kehati-hatian, seolah-olah takut mengusik kesunyian yang pekat itu.

"Jangan terburu-buru, Hali. Kita masih membutuhkan informasi darinya," jawab Kaizo dengan tenang, suaranya penuh perhitungan dan ketegasan yang mampu meredam kemarahan rekannya.

Kaizo berbalik dan pergi meninggalkan Halilintar yang masih memandanginya dengan tatapan kesal. Langkah kakinya yang cepat pergi menuju ruang pribadinya.

Setibanya di sana, Kaizo membuka brankas yang tersembunyi di balik lukisan besar yang tergantung di dinding. Dengan gerakan cekatan, Kaizo mengambil sejumlah uang yang cukup banyak, lalu bergegas kembali ke bawah tanah, menemui Halilintar yang masih berdiri di depan sel penjara.

"Ini untukmu, Halilintar. Terima kasih atas kerja samanya. Besuk malam, datanglah ke sini lagi," ucap Kaizo sambil menyerahkan uang tersebut.

Halilintar mengangguk mengerti, memasukkan uang itu ke dalam tasnya, lalu pamit meninggalkan markas. Langkah kakinya terdengar berat dan terhuyung-huyung karena kaki kanannya yang terluka akibat tembakan. Kaizo sempat menawarkan untuk mengantarnya, namun Halilintar menolaknya mentah-mentah dengan alasan kakinya sudah cukup membaik.

Keluar dari markasnya, Halilintar menghela napas lega saat udara malam yang segar menyambutnya. Ia menaiki motornya dengan hati-hati, lalu memacu kendaraan itu di jalanan sepi. Suara deru mesin motor dan angin malam yang menerpa wajahnya membawa ketenangan yang aneh, seolah-olah segala kekhawatiran dan rasa sakit yang dialaminya tadi mulai memudar.

Langit malam tampak begitu indah, diterangi oleh sinaran rembulan yang memancarkan cahaya keperakan. Bintang-bintang berkerlip di kejauhan, menambah keindahan panorama malam itu.

Halilintar merasa sejenak terbebas dari segala beban, menikmati perjalanannya dengan perasaan yang lebih tenang. Setiap helaan napas, setiap tarikan gas, dan setiap tikungan yang dilaluinya membuatnya merasa lebih hidup, seakan-akan kebebasan adalah hadiah kecil yang sangat berharga di tengah kekacauan hidup yang ia jalani.

»»————>

Malam itu, suasana begitu sunyi dan tegang menyelimuti ruang tamu yang luas. Udara terasa berat, seolah-olah setiap orang di dalam ruangan sedang menahan napas. Para elemental siblings berkumpul dengan teman-teman mereka, duduk di sofa dan lantai, dengan raut wajah yang gelisah dan sedih.

Bertahan atau Lepaskan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang