04: Budak

63 49 0
                                    


***

"Ternyata benar bahwa gerbong ini berisi budak."

Putri menatap tajam jeruji besi didepannya itu. Kemudian memperhatikan satu per satu anak-anak didalamnya. Seharusnya Putri merasa senang saat itu. Karena ia dapat melihat sosok elf dan manusia setengah hewan yang hanya bisa ia bayangkan di cerita fiksi. Namun fakta bahwa anak-anak tersebut merupakan budak yang telah diperlakukan dengan sangat buruk membuat hatinya teriris nyeri.

"Kei." Putri menyebut nama Kei dan memberinya isyarat untuk membuka jeruji besi itu. 

Kei yang paham akan kode itu pun kemudian berjalan mendekat. Dia memegang dua bilah besi yang bersebelahan. Kemudian menarik keduanya kearah yang berlawanan hingga bengkok. Setelahnya ia mencabut kedua jeruji besi itu dan memberi cukup ruang untuk seseorang dapat memasukinya. 

Setelah tugasnya selesai, Kei mengambil langkah mundur. Dan kini digantikan dengan Putri yang berdiri tepat didepan celah yang telah Kei buat. Ia dapat melihat anak-anak didalam membuat raut wajah ketakutan ketika melihatnya. Mendapati itu, Putri pun menarik sudut bibirnya dan membuat senyuman yang tampak begitu hangat.

Putri memanjat kandang tersebut kemudian masuk melalui celah yang telah Kei buat. Satu per satu, Putri melepas ikatan tali pada tubuh anak-anak itu. Secara bersamaan, ia juga menghitung berapa jumlah anak disana. Dan totalnya mereka berjumlah 15 orang. Lagi-lagi Putri mengerutkan keningnya tat kala ia mengamati tubuh kurus nan penuh luka anak-anak tersebut.

Setelahnya, Putri menginstruksikan mereka untuk turun dari kandang. Putri menggendong tubuh ringan mereka dan mengoperkannya pada Kei dan Sandra dibawah. Kemudian perhatian Putri terkunci pada seorang anak laki-laki yang turun terakhir. Anak laki-laki itu memiliki rambut putih dan mata berwarna hijau permata. Ditambah dengan telinganya yang tampak seperti serigala membuat Putri semakin memperhatikan setiap inci dari anak tersebut.

"Nah, kalian duduk disini ya selama menunggu kakak-kakak tadi pergi mengambil obat," ucap Putri begitu lembut.

Sudah lama sejak terakhir Putri berbicara selembut itu. Karena selama ini orang-orang yang berada disekitarnya hanya ingin memanfaatkan dirinya. Jadi untuk apa pula Putri bersikap baik kepada mereka. Bahkan kepada seorang keluarga sekalipun Putri tidak pernah berbicara selembut itu. Wanita itu pasti akan memasang wajah jutek, bersikap angkuh dan mengucapkan apapun yang ada dikepalanya meski dapat menyakiti perasaan orang sekitar. Mungki karena sikapnya itulah ia dijuluki sebagai "Putri jenius".

Kini Putri dan kelima belas anak-anak tadi sedang terduduk dibawah rimbunan pohon. Anak-anak itu sama sekali tidak mengucapkan kata apapun. Mereka hanya duduk terdiam memandangi tanah dan rumput yang bergoyang akibat hembusan angin. Putri juga sama sekali tidak berniat untuk berbicara pada mereka. Karena sejak awal Putri memang bukan seseorang yang pandai menghibur orang lain. Ia juga takut jika tanpa sengaja malah mengucapkan hal yang justru menyakiti mereka.

Untungnya tidak perlu waktu lama untuk Kei dan Sandra kembali. Karena mereka menggunakan mode sepatu terbang untuk mempercepat perjalanan. Melihat itu Putri sedikit mengerutkan keningnya.

"Oi, kenapa kalian gak bilang kalo bisa pake mode itu??" tanya Putri seraya memicingkan matanya.

"Anda gak nanya," balas Sandra singkat.

"Anak ini..!" batin Putri kesal.

"Putri, ini." Tiba-tiba suara Kei terdengar dari belakang Putri. Ia menyodorkan sebuah kotak besar berwarna hitam padanya.

"Oh, oke. San, kamu tolong obati anak-anak itu ya. Jangan lupa dikasih snack juga," titah Putri.

"Siap kaka!" balas Sandra seraya membentuk posisi hormat.

Selagi Sandra mengobati satu persatu anak-anak tadi dan tak lupa juga memberinya snack. Putri pun menarik tangan Kei untuk membawanya kesisi yang berlawanan. Mendudukkan tubuhnya ke pohon, kemudian berkata, "Nonaktifkan dirimu." Kei menatap sebentar wajah Putri. Kemudian menatap tangannya yang retak akibat serangan pria botak tadi. Setelah paham, ia pun mengangguk dan bersiap menonaktifkan diri.

[KEIANDRA: MATIKAN SEMUA FUNGSI]

Tepat setelah mengucapkan itu, tubuh Kei perlahan kehilangan energinya. Mata merah menyala miliknya perlahan meredup. Dan pada saat itulah Kei benar-benar tampak seperti sebuah robot. Putri pun membuka kotak hitam yang Kei bawakan untuknya tadi. Mengambil beberapa peralatan dan tangan baru yang akan dipasangkan pada robot didepannya itu. Kemudian dengan sangat telaten tangannya mulai memperbaiki lengan Kei yang rusak.

Tanpa mereka sadari, terdapat seorang anak laki-laki yang memperhatikan mereka sedari tadi. Anak itu memperhatikan dalam diam dengan mata hijau permata miliknya. 

"Hai, mau snack?" Suara Sandra yang tiba-tiba bertanya padanya itu membuatnya tersentak. Masih dengan mulutnya yang bungkam ia mengalihkan pandangannya pada sesuatu seperti bungkusan berwarna kuning ditangan Sandra.

"Apa itu..?" tanya anak laki-laki itu dan membuat Sandra tertegun. 

Pasalnya, sedari tadi anak yang ia tanyai hanya membalas pertanyaanya dengan anggukan tanpa mempertanyakan apapun. Namun hanya anak ini lah yang pertama kali mempertanyakan apa yang ia berikan. Terlebih, jika diperhatikan lagi, anak laki-laki ini memakai pakaian yang tampak sedikit lebih bagus dibandingkan anak lainnya. Tubuhnya juga bersih tanpa luka dan tidak kurus juga.

"Ini snack," jawab Sandra dengan tersenyum. Namun mendapat balasan kerutan dahi dari sang anak.

Akhirnya tanpa bertanya lebih lanjut anak laki-laki itu menggambil bungkusan tersebut. Namun sebelum itu Sandra membukakan bungkusannya dan terlihatlah sebuah roti didalamnya. Anak laki-laki itu pun memakannya. Hanya setelah satu gigitan terlihat matanya yang semula sendu kini menjadi lebih hidup. Sandra pun tersenyum melihat reaksi anak itu. 

"Tubuhmu ada yang luka gak?" tanya Sandra selagi memperhatikannya.

Anak itu menggelengkan kepala. Kemudian lanjut memakan roti dengan sangat lahap. Anak-anak lainnya juga memberikan reaksi yang sama dengannya. Reaksi seperti sudah tidak diberi makan berhari-hari. Tapi tidak aneh untuk berpikiran seperti itu. Secara mereka awalnya adalah seorang budak. Tidak heran jika mereka diperlakukan dengan buruk ditempat sebelumnya.  

"Oh iya, kalau boleh tau namamu siapa?" Sandra kembali bertanya. Kini ia sudah duduk disamping anak laki-laki itu. Menatapnya dengan tenang menunggu anak itu menjawab pertanyaanya.

"Julian...," jawab anak itu begitu lirih hingga Sandra tidak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Hm?"

"Julian Alvonheim." Anak laki-laki itu meninggikan suaranya. Kali ini juga ia mengangkat kepalanya dan menatap Sandra dengan mata hijau permata miliknya.

Sandra tersenyum ramah. "Nama yang bagus," ucapnya.

"Tunggu, Alvonheim? Kaya pernah dengar...."

Setelah itu mereka saling diam. Sandra memilih untuk memperhatikan satu persatu anak disana. Berharap anak-anak itu tidak merasa tertekan setelah kejadian tadi. Namun ternyata ia tidak perlu mencemaskan hal tersebut. Karena setelah beberapa menit berlalu, anak-anak itu kini sudah mulai berbicara satu sama lain dengan raut wajah santai. Bahkan mereka juga mulai tertawa bersama, walau entah apa yang sebenarnya tertawakan. Suasana itu pun membuat Sandra tersenyum bahagia.

"Yo! Kami kembali~, nunggu lama gak?" Suara Putri yang cukup nyaring dari arah belakang sontak mengalihkan perhatian Sandra dan semua anak disana. Setiap mata mereka kini tertuju pada Putri hingga membuat wanita itu tersentak.

"Tidak juga," jawab Sandra dengan tersenyum.

"Baguslah kalau begitu."

Mereka pun terdiam sejenak. Sandra menatap mata Putri yang juga menatap dirinya. Kemudian setelah keheningan itu datang untuk sejenak, Sandra membuka mulutnya.

"Putri, apa yang akan anda lakukan setelah ini?"

.

.

.

Bersambung.

When The Genius Woman Went to Another World [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang