***
Kabar tentang hilangnya Carlisle dengan cepat menyebar keseluruh ibukota. Di hari yang seharusnya berbahagia ini, pihak kepolisian justru disibukkan dengan penyelidikan. Sedangkan warga kota menjadi was-was. Penjahat yang dapat menculik seorang pria dewasa, sekelas duke terlebih lagi, sudah dapat di pastikan bukan orang sembarangan.
Kini Kediaman Alvonheim di penuhi dengan orang-orang dari kepolisian yang sedang melakukan penyelidikan. Mereka menelusuri keseluruh penjuru rumah. Namun percuma, tidak ada satu petunjuk pun yang ditemukan.
Hal itu tentu sangat janggal. Mengingat banyaknya bekas darah di kamar Carlisle, seharusnya tetesan darah itu akan tercecer di sepanjang jalan yang di tempuhnya. Tapi ini tidak ada sama sekali. Satu-satunya jejak darah yang di temukan hanya di kamar Carlisle. Fakta ini menunjukkan bahwa besar kemungkinan penculiknya adalah seorang penyihir tingkat atas yang dapat menggunakan sihir teleportasi.
"Sihir teleportasi adalah sebuah sihir tingkat tinggi yang hanya segelintir penyihir di kerajaan ini yang dapat menggunakannya. Apa mengkin orang dari kedudukan yang lebih tinggi yang menjadi dalangnya ...?" ujar Giselle.
"Kemungkinan besar seperti itu. Tapi hal ini membuat kita kepolisian tidak dapat dengan leluasa menyelidikinya," sahut Sir Merlin, sang kepala kepolisian.
"Kalian bisa."
Suara yang tiba-tiba menyusup ke pembicaraan mereka itu sontak membuat keduanya menolehkan kepala. Terlihat seorang pria berambut pirang yang kini tengah berjalan mendekat dengan segulung kertas di tangannya.
"Yang mulia putra mahkota??"
Mendapati kedatangan pria berstatus sebagai putra mahkota itu sontak membuat semua orang disana terbelalak. Dengan cepat mereka menegapkan tubuhnya dan membungkuk tuk menyapa sang putra mahkota.
"Cukup dengan penghormatannya. Ini adalah surat eksekusi dari yang mulia raja, dengan ini kalian bisa melakukan penyelidikan dimanapun yang kalian curigai," ungkap Hendrix seraya menyerahkan gulungan kertas di tangannya pada Sir Merlin.
"Yang mulia ... bagaimana bisa ...?" tanya Giselle lirih seolah tidak percaya bahwa kasus Carlisle akan mendapat surat eksekusi langsung dari raja.
"Aku yang memintanya secara langsung. Carlisle adalah sepupuku dan keponakan raja yang berharga, karena itu beliau dapat langsung membuatkannya tanpa ragu," jelas Hendrix.
Giselle dan Sir Merlin yang mendengar itu tentu merasa sangat lega. Karena salah satu hambatan terbesar mereka kini sudah hilang sepenuhnya. Dan beralih mendapat dukungan terbesar di kerajaan. Seusai mengucapkan rasa terimakasihnya, Sir Merlin langsung mengumpulkan anak buahnya untuk melakukan penyelidikan yang lebih meluas.
Kemudian di tengah-tengah itu. Tiba-tiba seorang wanita berambut hitam yang sangat mereka kenal menerobos masuk ke dalam ruangan. Tapi tidak seperti biasanya, wanita itu mengenakan pakaian yang sangat aneh bagi mereka. Yaitu kaos turtle neck hitam berlapis jaket hitam tebal dan celana panjang. Wanita itu masuk kemudian disusul dengan kedua pelayannya yang juga berpakaian senada dengan majikannya itu.
"Karena surat eksekusi sudah ditangan, ada tempat yang saya ingin kalian selidiki."
"Kemana anda ingin kami menyelidiki?"
"Kediaman Marquess Varitas."
Kini Putri, Sir Merlin, Sandra, Kei, Hendrix dan beberapa anggota kepolisian lainnya sedang berjalan di lorong kediaman Alvonheim menuju keluar. Sir Merlin yang berjalan disamping Putri itu pun memperhatikan wanita tersebut setenang mungkin agar tak disadari olehnya. Namun entah karena jarak mereka yang terlalu dekat atau intuisinya yang terlalu kuat, Putri dapat dengan cepat menyadari tatapan yang ditujukan padanya.
"Apakah ada yang ingin anda tanyakan, sir?" celetuk Putri masih dengan kepalanya yang mengarah kedepan.
Sir Merlin sedikit terkejut karena Putri yang menyadari tatapannya. Ia kemudian mengalihkan kepalanya kedepan dengan canggung. "Saya hanya penasaran karena sepertinya anda sudah tau akan kedatangan surat eksekusi ini," ujarnya.
"Soal itu anda tidak perlu tau," ketus Putri. Suasana hatinya pasti sangat buruk hingga membuatnya bersikap begitu dingin dengan sekitarnya.
Mendapati reaksi itu Sir Merlin langsung membungkam mulutnya. Ia memang sudah menduga bahwa suasana hatinya memburuk karena hilangnya Carlisle. Tapi ia tidak menduga bahwa ternyata akan seburuk itu. Seperti rumor yang beredar, kedua orang itu pasti memiliki suatu hubungan khusus.
Dibelakang mereka, dua orang lelaki berjalan beriringan. Tampak yang di sisi kiri sedikit lebih tinggi dibanding sisi satunya. Lelaki yang lebih tinggi itu menatap kearah pemuda di sampingnya seolah mengharapkan sesuatu.
"Terimakasih, yang mulia." Pemuda itu berucap setelah merasa tak tahan dengan tatapan yang berasal dari pria disampingnya itu. Mendengar kalimat yang sudah ia tunggu-tunggu itu membuat senyuman merekah pada wajahnya. "Sama-sama," balasnya lembut.
.
.
.
Setelah perjalanan yang tidak terlalu lama, akhirnya rombongan Putri sampai di depan kediaman Marquess Varitas. Beberapa petugas kepolisian langsung menerobos masuk setelah menunjukkan surat eksekusi dari raja.
Meskipun gelar Marquess berada di bawah Duke. Namun Keluarga Marquess berbeda. Mereka secara turun menurun telah mengabdi kepada kerajaan sebagai penasihat raja. Karena koneksinya itu tidak pernah ada yang berani menyinggung mereka. Apalagi dengan secara tiba-tiba menerobos masuk ke kediaman mereka seperti ini. Tapi dengan surat eksekusi dari raja yang berada di tangan mereka, tidak ada yang mereka takuti.
Putri berjalan dipaling depan. Kemudian terlihat Tuan besar Varitas, Alberto Varitas, berjalan tergesa-gesa menghampiri rombongan Putri. Tampak wajahnya yang sedikit cemas akan situasi di kediamannya saat ini.
"Apa alasan anda datang kemari seperti ini, Putri Ariana?" tanya Alberto berusaha membuat suaranya setenang mungkin.
"Katakan, dimana putra keduamu, Glenn Varitas?" tanya Putri dingin. Ia menatap tajam pria paruh baya di depannya itu dengan niat membunuh.
"Glenn? Tidakkah dia berada di Kediaman Alvonheim saat ini?" ucap Alberto balik bertanya dengan raut wajah bingung.
"Jangan bicara omong kosong. Kau ingin melindungi putramu itu makanya kau mengatakan ini kan?!" bentak Putri tersulut emosi.
Beruntung Sandra juga berada disana untuk menenangkannya. Gadis itu memang sudah menduga bahwa Putri pasti tidak akan dapat mengendalikan emosinya. Karena itu ia bersikeras untuk ikut, begitu juga dengan Kei.
"Maaf. Tapi saat ini Tuan Glenn tidak dapat ditemukan sama sekali di kediaman Alvonheim. Karena itu kami datang kemari untuk mencarinya," jelas Sir Merlin.
"Maksud anda putra saya lah yang menjadi penyebab hilangnya Yang mulia Carlisle??" ketus Alberto dengan ekspresi marah.
"Saya masih tidak dapat memastikan bahwa putra andalah penyebabnya. Jadi saya harap anda dapat membiarkan kami berbicara dengannya sekarang," ujar Sir Merlin pelan.
"Sayang sekali tapi putra saya Glenn saat ini sedang tidak berada di rumah. Anda sekalian bisa kembali lain waktu," tolak Alberto dengan keningnya yang berkerut seolah menahan amarah.
"Anda ingin mengatakan bahwa putra anda tidak berada disini sekarang? Hal itu hanya akan semakin memberatkan dugaan pada anak anda, apakah anda tidak apa-apa dengan itu?" ujar Sir Merlin dengan tenang. Pria itu seolah sudah tau bahwa bangsawan di depannya ini sedang menyembunyikan sesuatu. Karena itu ia mengatakan hal itu dan berharap umpannya dapat memancing sesuatu itu.
"Ayah, tidak apa-apa. Aku akan berbicara dengan mereka."
Terdengar suara lelaki muda berambut hijau tua itu berbicara dari dekat pintu utama kediaman. Alberto yang mendengar suara putranya itu pun sontak membalikkan badan. Tatapan pria itu seolah mengatakan "Kenapa kau keluar??" pada putranya itu. Namun seolah tak melihatnya, lelaki itu kembali berbicara.
"Saya Glenn Varitas akan memberitahu semua yang saya ketahui."
.
.
.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Genius Woman Went to Another World [TERBIT]
FantasiaAriana Putri atau yang lebih dikenal sebagai Putri merupakan seorang ilmuan jenius. Seluruh barang ciptaannya membuat berbagai perubahan besar pada dunia. Lalu tanpa sepengetahuan siapa pun, Putri pun membuat sebuah alat yang dapat membuatnya pergi...