07: Kejadian sebenarnya

65 46 0
                                    


***

"Gimana ya caranya biar aku bisa deketin tu cowok...."

Kini Putri sedang berjalan bersampingan dengan Kei yang sedang menggendong Sandra dipunggungnya. Putri memicingkan matanya untuk menatap kearah pria bangsawan berambut putih yang berada jauh dididepan. Menatapnya secara sembunyi-sembunyi dari balik punggung lebar dua pria prajurit milik bangsawan itu.

"Tolong jangan melakukan hal sembrono seperti itu lagi, Tuan Putri," ucap Kei dengan mata malasnya.

"Nyenyenye, terserah, aku gak bakal nyerah buat deketin dia. Akan kupastikan dia jadi hubby ku...," ucap Putri tak peduli kemudian menampakkan senyum seringai. Menerima respon seperti itu Kei hanya dapat menggelengkan kepala selagi menghembuskan napas panjang.

Disisi lain, Carlisle sedang berjalan tanpa tau rencana apa yang sudah Putri susun untuk mendekatinya. Pria muda itu berjalan beriringan dengan adik laki-lakinya, Julian. Sedangkan dibelakang mereka terdapat prajurit yang Carlisle bawa tadi sedang berjalan selagi menuntun anak-anak diatas kuda. Carlisle menatap adik laki-lakinya itu, kemudian teringat akan cerita dari kejadian yang sebenarnya terjadi dari mulut Julian.

Tepatnya 3 hari yang lalu. Saat itu seperti biasa, Julian menyelinap keluar kediaman untuk bermain dengan anak-anak kota. Itu sudah menjadi kegiatan wajibnya selama 2 tahun terakhir setelah kematian sang ayah. Atau kepala keluarga Alvonheim sebelumnya, Olgarius Alvonheim. Beliau adalah seseorang yang sangat ketat dalam aturannya. Karena itu Julian merasa seakan telah bebas setelah beliau tiada.

Julian sendiri tidak terlahir dari ibu yang sama dengan Carlisle. Dia terlahir dari istri kedua sedangkan Carlisle dari istri pertama. Tidak seperti Carlisle yang ibundanya masih ada hingga sekarang, ibu Julian sudah tiada tepat setelah beliau melahirkannya. Namun meski sudah tidak memiliki ibu, istri pertama Olgarius, yaitu Giselle, memperlakukan Julian seperti anaknya sendiri. Berkat kehadiran Giselle dan Carlisle lah Julian dapat merasakan hangatnya keluarga.

Kembali ke kejadian 3 hari lalu. Saat Julian sedang asik-asiknya bermain dengan anak-anak dikota, tiba-tiba saja dia dan beberapa teman bermainnya diculik oleh sekumpulan orang. Orang-orang itu merupakan pedagang budak yang selalu mengincar anak-anak elf dan half beast sebagai objek penjualannya. Baru setelah itulah Julian disekap oleh mereka selama 3 hari penuh. Dia sempat berpikir untuk membakar kertas yang sang kakak berikan padanya namun tentu saja ia tidak bisa. Karena bagaimana mungkin ia bisa menemukan api disaat dirinya menjadi tahanan. Kekuatan sihirnya juga tersegel akibat kalung yang orang-orang itu pasangkan padanya.

Setelah disekap selama 3 hari lamanya. Julian beserta anak-anak lainnya berencana untuk dipindahkan kekota lain. Dan saat diperjalanan itulah rombongan mereka tanpa sengaja bertemu dengan Putri, Kei dan Sandra. Kejadian selanjutnya seperti yang kalian ketahui sendiri, ketiga orang itu mengalahkan orang-orang dari perdagangan budak dengan begitu mudahnya.

Tentu Carlisle tidak percaya sepenuhnya akan adegan pertarungan yang Julian ceritakan. Tidak hanya karena Julian yang tidak melihat langsung kejadian tersebut. Tapi juga karena ketiga orang itu tidak tampak seperti dapat mengalahkan 20an orang bersenjata tanpa luka sedikitpun. Namun yang pasti, Carlisle tidak akan menganggap mereka sebagai musuh, mengingat kontribusinya dalam menangkap orang dari serikat perdagangan budak. Kecuali wanita berambut hitam itu. Carlisle memang tidak akan menganggapnya sebagai musuh, tapi ia juga tidak berencana untuk menjadi lebih dekat dengan orang itu.

"Entah apa yang akan wanita itu lakukan jika aku membiarkannya mendekatiku," batin Carlisle seraya mengerutkan keningnya.

Mungkin karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga membuat Carlisle tidak sadar akan tatapan Julian yang memperhatikannya sedari tadi. Anak laki-laki itu menatap sang kakak dengan mata hijau permatanya dan menyadari perubahan tiba-tiba dari raut wajah pria itu. Awalnya Julian berpikir bahwa Carlisle sedang memikirkan tentang perdagangan budak itu. Namun setelah diperhatikan lagi, sepertinya ekspresi yang sang kakak berikan sedikit berbeda.

"Kakak sedang memikirkan wanita berambut hitam itu?" Julian bertanya tiba-tiba dan membuat sang kakak tersentak. Carlisle pun sontak membuat ekspresi suram diwajahnya.

"Bener ternyata...," batin Julian.

"Jika kakak ingin menjauhinya tidak apa-apa. Tapi sepertinya dia berasal dari suatu kerajaan jauh. Dan merupakan seorang putri terlebih lagi," jelas Julian membuat ekspresi suram Carlisle menghilang seketika dan digantikan dengan raut wajah kaget. Dia menatap kearah sang adik dengan memicingkan matanya.

"Setidaknya itulah yang ia katakan." Julian tersenyum, yang entah apa maksud dari senyumannya tersebut.

Carlisle kemudian semakin mengerutkan keningnya. Dia menatap kelangit kemudian melihat sekilas kearah wanita itu. Tampak wanita itu sedang asik berbincang dengan pria berambut putih disampingnya. Dan sekali lagi, seolah wanita itu sadar bahwa sedang diperhatikan, dia pun menolehkan kepalanya. Tak ingin ketahuan mencuri-curi pandang, Carlisle sontak mengembalikan pandangannya kedepan.

"Kau yakin wanita itu tidak mengada-ada?" tanya Carlisle pada Julian tuk memastikan.

"Sepertinya tidak. Lihat saja pakaian yang mereka kenakan itu. Apa kakak pernah melihatnya disini?" ucap Julian balik bertanya.

Mendengar itu barulah Carlisle tersadar bahwa kedua orang itu mengenakan pakaian yang sangat tidak biasa. Si wanita berambut hitam mengenakan baju berwarna biru langit dan celana kain hitam, juga dilapisi dengan luaran seperti jas panjang berwarna putih.

Sedangkan pria berambut putih disampingnya menggunakan baju kain berwarna hitam. Diluari dengan jaket berwarna hitam pula yang digulung setengah lengan. Jika dilihat lagi juga sepertinya itu bukan kain murahan yang biasa dipakai rakyat biasa. Itu sungguh bukan pakaian biasa yang Carlisle dapat lihat dengan mudah. Jadi kemungkinannya memang besar untuk menduga bahwa mereka benar-benar orang penting dari kerajaan yang sangat jauh.

"Jika memang benar dia seorang putri, bukankah aku akan mendapat masalah jika tetap memperlakukannya seperti itu..?" Carlisle membatin. Ia menatap dengan ragu wanita yang dijaga oleh prajuritnya bak seorang tahanan itu.

"Ah sudahlah, lagi pula dia yang lebih dulu bersikap tidak sopan padaku. Jika memang dirinya seorang putri harusnya ia memiliki harga diri yang harus dijaga!" batin Carlisle tuk membenarkan tindakannya sendiri.

"Achoo!!" 

"Masuk angin mbak?"

"Iya kali ya."

.

.

Setelah hampir 10 menit perjalanan. Akhirnya mereka sampai didepan gerbang kota. Kota itu memiliki benteng tinggi yang mengelilinya. Dan saat ini mereka sedang akan berjalan melewati gerbang tersebut. Tidak seperti orang-orang lainnya yang harus mendapat persetujuan penjaga gerbang terlebih dahulu untuk dapat masuk. Rombongan Putri justru dapat masuk dengan begitu lancar tanpa hambatan sedikit pun. Hal itu tidak lain tidak bukan karena penguasa kota mereka yaitu Carlisle Alvonheim berjalan dipaling depan rombongan. Justru dapat dilihat dengan jelas setiap penjaga disana berdiri disamping jalan untuk memberi hormat pada pria berusia 24 tahun tersebut.

"Dia sungguh seorang duke ya...." Putri membatin. Ia begitu takjub akan betapa orang-orang dikota menghormatinya.

"Itu membuatku semakin menginginkannya..!" batin Putri seraya tersenyum menyeringai. Membuat pria disampingnya lagi-lagi bergidik ngeri.

Setelah ia membatin seperti itu. Putri kemudian dibuat takjub dengan pemandangan kota yang ia lihat didepannya. Itu adalah kota yang sama persis dengan yang telah Putri lihat di cerita-cerita fiksi. Jalan yang terbuat dari susunan bata kuning. Stand-stand makanan berbaris tepat disamping jalan. Tampak juga toko-toko daging, roti, maupun toko peralatan yang menjual pakaian dan senjata berburu.

Putri yang melihat pemandangan itu kemudian menghentikan langkahnya. Tindakan tiba-tiba itu membuat Kei yang berada disampingnya juga turut berhenti. Beberapa prajurit yang berjalan dibelakang mereka juga mau tidak mau ikut berhenti karenanya. Rombongan didepan mereka yang merasakan suatu kejanggalan terjadi dibelakang sontak mengalihkan pandangan mereka. 

Begitu pula dengan Carlisle dan Julian yang berada dipaling depan. Mereka berdua menolehkan kepalanya kebelakang secara bersamaan. Hanya untuk melihat suatu pemandangan mengejutkan terjadi disana. Putri, sang wanita gila berambut hitam itu, kini sedang menitikkan air mata.

.

.

.

Bersambung.

When The Genius Woman Went to Another World [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang