Pagi yang cukup baik menurut Jisoo. Meski setelah kejadian di meja makan—dimana ia mengerjai Somi habis-habisan, mereka tidak pernah lagi berinteraksi. Gadis pirang itu selalu membuang pandangan dan bergerak menjauhi radarnya, begitu pula dengan Jisoo. Ia bukan tipikal orang yang suka mencari masalah dengan pihak lain. Tapi sekali Jisoo terusik, maka sampai mati pun ia pastikan untuk melancarkan pembalasan. Satu dibalas satu, begitupun seterusnya. Jika Somi tidak repot mengganggunya, maka Jisoo pun tidak berminat untuk mencari gara-gara.
Hari ini gadis itu bilang akan pulang. Entah pekerjaannya sudah selesai atau bagaimana, Jisoo tidak berminat untuk bertanya. Ia juga tidak berselera menyindir melalui ucapan, karena Jisoo lebih suka membuktikan segala hal dengan tindakan.
Persis seperti ketika dia datang dulu, Somi juga melayangkan pelukan akrab pada ibu mertuanya dan Taehyung. Jisoo tidak merasa sakit hati sama sekali, hanya karena Somi tidak memeluknya seperti yang lain. Bahkan mungkin Jisoo harus repot-repot mandi lagi (sekalian keramas) jika sampai gadis menyebalkan itu menyentuhnya.
"Hyunsoo, kapan-kapan Bibi akan mengajakmu makan es krim lagi ya?" Setidak suka apapun Somi pada Jisoo, dia sangat menyayangi Hyunsoo, meskipun anak laki-laki itu adalah keturunan wanita angkuh tersebut.
"Mau mau! Bibi harus main ke sini lagi secepatnya. Oke?"
"Tentu saja. Bibi pasti akan segera mampir lagi, karena pastinya merindukan Hyunsoo bukanlah sesuatu yang menyenangkan."
Mereka berpelukan, sebelum Somi membawa tubuhnya kembali berdiri. "Kakak, Bibi, aku akan pulang sekarang."
"Sampaikan salam Bibi pada Ayahmu."
"Mari, kakak akan membawakan kopermu."
Mereka berdua berjalan ke arah mobil yang terparkir di halaman rumah. Taehyung mengangkat koper adik sepupunya, dan memindahkannya ke dalam taksi yang sudah Somi pesan. Ia juga sempat mengelus kepala gadis itu, sebelum menutupkan pintu taksi.
Somi sempat melambaikan tangan ketika tubuhnya sudah menghenyak di dalam. Berbagi ungkapan perpisahan terakhir, sebelum mobil taksi yang membawanya bergerak, meninggalkan pekarangan rumah, sampai tidak terlihat lagi.
Ini terasa lebih baik. Jisoo seolah menghirup aroma kebebasan setelah kepergian gadis itu. Bukan rasa benci, hanya saja ia sedikit tidak nyaman dengan tatapan buruk yang selalu Somi paparkan ketika menatapnya.
"Mari, Jisoo. Kita juga harus berangkat sekarang."
Baru saja angin tenang berhembus menimpah wajahnya, sekarang Jisoo harus mendengus lagi. Tidak tahukah Taehyung, bahwa Jisoo tidak pernah menikmati suasana kantor. Ia benci bekerja, dan rasanya akan lebih baik untuk di rumah, memanjakan diri—oh maksudnya, mengurus Hyunsoo dan menjadi ibu rumah tangga. Tcih, entah sejak kapan Jisoo mulai mengakui perannya itu dengan suka hati.
"Taehyung, aku tidak mau ke kantor."
Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil, perjalanan menuju kantor.
"Ini hari terakhir bekerja minggu ini, Jisoo. Besok sudah akhir pekan, jadi sabar sehari lagi ya?"
Bibir Jisoo mengerucut, bahkan saat Taehyung membelai rambutnya memberi pengertian. "Bukan itu maksudnya, Taehyung! Aku tidak ingin bekerja lagi. Aku ingin di rumah saja. Menjadi istri dan ibu seutuhnya. Aku hanya ingin repot memikirkan cara untuk mengurus Hyunsoo dan juga kau suamiku," Ups, Jisoo salah bicara, "m-maksudku, aku lebih ingin menjadi ibu rumah tangga saja."
Senyum Taehyung mengambang, yang menyimpan teka-teki. Tangannya kini beralih membenahi anakan poni Jisoo yang menggemaskan (minggu lalu Jisoo baru memotongnya). "Tidak, Jisoo. Kau tidak bisa berhenti begitu saja. Ingat, kau pimpinannya? Nasib semua pegawai tergantung padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Young
RomanceSejak kecelakaan yang dialaminya Jisoo si gadis 17 tahun terjebak di tubuh wanita dewasa 32 tahun. Semuanya seolah tidak terkendali saat tahu-tahunya ia harus mengemban peran menjadi seorang ibu dan juga istri dari pria yang tidak ia kenali Publish:...