13|Hidup Yang Lebih Baik

1K 210 119
                                    

Siapa menduga, pagi di desa ternyata setenang ini. Tidak ada hiruk pikuk kendaraan yang memenuhi jalanan, tidak ada berbagai polusi yang beterbangan, bahkan udara terasa benar-benar segar dan bersih, yang bila dihirup seolah mencuci kembali paru-paru. Jisoo secara asal membuat prediksi, bahwa menurutnya rata-rata manusia di kampung ini memiliki tingkat stres kurang dari 20 persen.

"Jisoo, baru bangun?"

Jisoo mengangguk. "Hai, selamat pagi." ujarnya saat mendapati wajah ramah Taeri menghampirinya. Terlihat wanita itu membawa sebuah keranjang. "ingin ke kebun?"

"Tidak, Jisoo. Aku ingin mengambil telur."

"Oh! Ada peternakan juga?"

Taeri mengangguk. "Tidak begitu besar."

"Apa aku boleh ikut denganmu?"

Tampak ragu, namun Taeri kembali mengangguk. "Tentu."

Kedua wanita itu berjalan bersama menuju lokasi peternakan. Tidak terlalu jauh dari rumah, hanya sekitar seratus meter dari sumur belakang. Karena di sini masih begitu rimbun pohon dan rumput, jadi keberadaannya sedikit tertutupi jika dilihat dari depan.

Tenyata apa yang ibunya ceritakan benar. Taeri menjamin seratus persen, jika ini Jisoo yang normal, wanita itu tidak akan mau repot-repot membantunya. Bersikap baik dan berkelakuan ramah layaknya yang ia temui kemarin dan tadi pagi pada sosok Jisoo, bukanlah diri wanita itu sama sekali.

Lagipula, bertahun-tahun semenjak Jisoo dan adiknya menikah, Taehyung tidak pernah berhasil membawa Jisoo datang ke kampung. Meski hubungan kekeluargaan mereka dibilang sangat dekat sebagai seorang ipar, Taeri hanya bertemu dengan gadis itu beberapa kali. Dalam ingatan, hanya saat pernikahan Jisoo dan Taehyung, selebihnya tidak ingat.

Sebenarnya Jisoo cukup terganggu dengan bau menyengat yang ia dapati saat memasuki kandang ayam. Pasti berasal dari bau tidak sedap dari kotoran maupun tubuh ayamnya sendiri. Benar-benar eksklusif! Seorang Kim Jisoo mau masuk ke tempat kotor bernama kandang. Sepertinya ini sesuatu yang bisa dibanggakan.

"Kalian menjualnya juga?"

Hanya butuh penyesuaian. Meski tidak dapat menapik tempat ini yang begitu bau, namun setidaknya Jisoo perlahan bisa menerima hal itu sekarang. Bahkan ia juga ikut membantu Taeri memindahkan telur yang tercecer (setelah mengamati dan mengikuti cara Taeri melakukannya) ke dalam keranjang yang perempuan itu bawa.

"Telur ini?" Taeri bertanya, dan mendapat anggukan dari empunya. "tidak, terlalu sedikit untuk bisa dijual."

"Tapi memangnya akan habis dimakan oleh kalian saja?" Maksudnya, tidak mungkin juga setiap makan menunya selalu telur kan? Memang, untuk ukuran dijual sepertinya terlalu sedikit, tapi untuk dikonsumsi pribadi, ini juga terlampau banyak. Lagipula, Taeri hanya hidup berdua dengan suaminya.

"Kadang kami membagikannya pada tetangga. Terkadang juga aku olah menjadi beberapa jenis kue."

Keluarga Taehyung hangat sekali. Bukan Jisoo bermaksud merendahkan atau bagaimana. Dilihat dari keadaannya, Taeri dan suaminya bukan termasuk orang yang berkelebihan. Namun mereka masih ingat untuk berbagi pada orang lain.

"Wah, itu artinya kau ahli memasak?"

Taeri tersenyum. "Sejak kecil keahlian itu yang harus selalu aku miliki, Jisoo." Terlahir dari keluarga kurang mampu, membuat Taeri dituntun terlatih untuk serba bisa melakukan banyak hal. Ia bahkan pernah bekerja di salah satu rumah makan saat masih sekolah.

"Sepertinya sudah cukup. Ayo."

Keluar dari kandang ayam, dua wanita itu menyempatkan mencuci tangan di sumur belakang, sebelum kembali ke dalam rumah. Didapati tepat dari ruang tengah, Sooyoung tengah memasak, dan Hyunsoo yang memberikan bantuan kecil pada sang nenek.

Forever YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang