17|Seseorang Terpercaya

961 159 88
                                    

Ia dan Kim Doyoung sempat berkencan?

Lelucon dari mana? Bagaimana bisa Jisoo memiliki hubungan seperti itu dengan sepupunya sendiri? Lagipula saat ia berstatus sebagai istri dari Taehyung? Bertapa gilanya jika hal itu memang sebuah kenyataan.

Jisoo bingung, ia merasa sakit kepala ketika mengetahuinya. Kapasitas memori yang entah hilang atau memang bukan miliknya, tak dapat ia raih. Hanya orang gila yang akan melakukan hal sebodoh itu. Maksudnya, bisa-bisanya dia berselingkuh ketika memiliki suami seperti Taehyung—bahkan dengan sepupunya sendiri! Mungkin Kim Jisoo si kuno itu akan mendapat penghargaan akibat kebodohannya.

Pantas saja Taehyung sampai terlihat begitu kesal. Ternyata ini alasannya? Jisoo berdesis, menggumam, bahkan rasanya terlalu ingin mengumpat.

Oh apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana Jisoo harus menjelaskan ini pada Taehyung? Apa mungkin Taehyung semarah itu? Jangan bilang inilah salah satu alasan kuat mereka hampir bercerai?!

Sungguh, kepala Jisoo semakin sakit bahkan hanya dengan mengingatnya. Kenapa ia harus menghadapi semua kegilaan yang tidak ia lakukan? Selain kuno dan menyebalkan, wanita ini ternyata lebih suka membuat onar ketimbang dirinya.

"Kepalaku sakit sekali..." rintih Jisoo. Ia memijat dahinya, berupaya rileks. Lagipula kenapa Nayeon sangat lama?! Padahal tadi dia sendiri yang menawarkan untuk membawakan Jisoo segelas teh hangat. Tapi sampai sekarang gadis itu belum kembali juga.

"Jisoo."

Cukup terperanjat, mata Jisoo yang awalnya terpejam kontan terbuka saat mendengarkan sebuah seruan. Bukan Nayeon, tapi bariton rendah itu berasal dari suaminya. Bagaimana bisa Taehyung sudah berada di sini? Bahkan Jisoo tidak mendengar langkah kakinya saat berjalan. Ouh, itu pasti karena isi otaknya yang terlalu berisik, sampai membuat indra pendengaran Jisoo sedikit terhambat.

Diamatinya presensi Taehyung yang berjalan semakin mendekat. Jisoo tidak bicara apapun, sampai sekarang Taehyung menyusul duduk di sebelahnya. Pria itu menggantikan keberadaan jemari Jisoo yang tadi ada di dahi. Mengusapnya pelan, dan penuh sorot khawatir.

Ya Tuhan, manusia seperti ini yang ia khianati?

"Taehyung, perihal yang tadi," Jisoo menggigit bibir, "sebenarnya aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya terlalu bersemangat karena melihat keberadaan Doyoung. Demi Tuhan, aku tidak berniat mengabaikanmu sama sekali."

Terdengar Taehyung hanya menghela napas, dan kembali fokus memijat kepalanya. "Nayeon bilang kepalamu sakit lagi. Ingin kita ke dokter?"

Jisoo menggelengkan kepala. Wajahnya masih kental dengan raut bersalah. Taehyung bahkan tidak menjawab ucapannya sama sekali. Apa itu artinya laki-laki ini masih kesal?

"Taehyung, tolong jangan marah padaku. Aku, sebenarnya—sebenarnya aku tidak merasa seperti itu," Aah bodoh, apa yang dia katakan? "Taehyung, tadi aku berlari menemui Doyoung hanya karena dia sepupuku, bukan hal lain. Sungguh..."

Akhirnya Jisoo melihat ada senyuman yang terbit di wajah Taehyung. Pria itu mengalihkan pandangan yang tadi fokus menatap dahi, sekarang tertuju penuh di kedua bola mata Jisoo. Indah sekali, matanya bahkan mampu mengalirkan rasa tentram yang nyata.

"Aku tidak marah," Taehyung mulai bicara. "aku hanya sedikit... cemburu?"

Wajah Jisoo lantas penas mendengar hal itu. "Kenapa? Kau jauh lebih memiliki diriku ketimbang siapapun." Ouh, mulut Jisoo tidak terkontrol lagi. Ia membuat dirinya kembali malu akibat ucapannya sendiri.

Sekarang tangan Taehyung beralih menyentuh helaian rambut istrinya yang terurai. "Kau bahkan tidak mengingatku saat pertama kali kecelakaan itu terjadi. Tapi Doyoung, kau menyimpannya di memorimu. Aku hanya merasa sedikit iri dengan hal itu."

Forever YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang