Sejak kemarin siang Taehyung banyak diam. Jisoo tidak tahu itu terjadi karena mengkhawatirkan kondisinya ataupun karena kabar bahwa ingatannya akan kembali. Jika benar Jisoo sedang melupakan sesuatu, maka Jisoo harus segera menemukannya.
Tapi melihat tingkah laku Taehyung sekarang, Jisoo menjadi ragu untuk ingin tahu. Ia takut bayangan masa lalu yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang baik bagi mereka. Jika sampai hal itu berkemungkinan membuatnya kehilangan Taehyung, Jisoo lebih memilih untuk tidak tahu. Hidupnya sudah cukup bahagia di posisi ini.
Bukan berati sebelumnya Jisoo tidak merasa bahagia. Tentu ia bahagia. Hidup satu lingkup dengan ayahnya, dan juga teman-teman yang Jisoo sayangi. Tapi entahlah, kehidupan barunya sekarang seakan menjadi pengalaman yang lebih menarik dan penuh dengan kebagian yang bersumber di hati. Mendapatkan Taehyung sebagai suami, dicintai dengan begitu besar oleh pria itu, bahkan sampai buah cinta mereka tumbuh dalam sosok mungil Hyunsoo. Rasanya Jisoo tidak sanggup kehilangan mereka berdua.
Kesadarannya yang baru saja ia raih. Jisoo melirik pada keberadaan Taehyung yang berbaring memunggunginya di pinggir ranjang. Ngomong-ngomong, mereka memutuskan untuk menginap di mansion peninggalan ayah Jisoo, karena kemarin pasca minum obat, wanita itu tertidur cukup lama. Lagipula Jisoo tidak ingin membuat anaknya khawatir, sehingga mengusulkan ide untuk tidak membocorkan tentang sakit kepala ringan yang kemarin ia hadapi. Untung saja Taehyung adalah tipikal suami yang mudah dirayu dan mengalah.
"Taehyung?" Jisoo bergumam manja. Tubuhnya meringsut dekat pada keberadaan Taehyung. Melilitkan satu tangan di tubuh pria itu. Jika Taehyung sedang bangun, Jisoo ingin mencuri seluruh atensinya. Namun jika pria itu tidur, Jisoo ingin membangunkannya.
Merasakan bagaimana tangannya yang mendapat usapan serta genggaman, Jisoo tersenyum. "Kenapa kau tidak memelukku?"
Membalik tubuh secara perlahan, sekarang wajah Taehyung berhadapan langsung dengan raut manyun lucu yang istrinya tampilkan. "Kau ingin dipeluk?"
Jisoo menggulir bola mata. "Dasar tidak peka!" Tangannya yang tadi masih melilit tubuh Taehyung kian berayun untuk memukul pelan dada pria itu. Bertingkah seperti gadis kecil yang merajuk.
Kekehan keluar dari bibir Taehyung menyaksikan semenggemaskan apa bayi besarnya ini. Ia pun mengeratkan pegangan di pinggul Jisoo, menarik wanita itu semakin tenggelam dalam kukungan tubuhnya. "Seperti ini?"
Sungguh, rasanya sangat nyaman. Padahal Jisoo ingin melanjutkan lakon merajuknya lebih lama, namun ternyata ia memang selalu murahan jika sudah diberi kenyamanan seperti ini oleh Taehyung. Mata Jisoo terpejam, menikmati bagaimana kehangatan dan juga detak jantung Taehyung dan detak jantungnya yang seirama.
"Kau suka?" Taehyung kembali bertanya, namun kali ini dalam jarak wajah yang begitu pendek dengan istrinya.
Tentu saja suka! Jisoo bukan orang munafik yang akan bilang tidak hanya demi mempertahankan harga diri, sehingga kepalanya mengangguk jujur. "Suka, apalagi jika sekarang kau juga menciumku." Mendongakkan kepalanya, ia bahkan memajukan wajah untuk memberikan Taehyung akses. Sungguh, tolong ajarkan Jisoo untuk punya sedikit rasa malu setelah ini.
Pria itu terkekeh kecil. Sebelah tangannya yang tadi meremat tubuh Jisoo, sekarang beralih membelai pipinya. Taehyung menundukkan wajah untuk meraup si merah muda yang menjadi pusat candunya tersebut.
Mata Jisoo terpejam. Merasakan bagaimana kehangatan Taehyung yang membingkainya. Kecupan hangat yang pria itu jatuhkan di bibirnya—yang kemudian beralih menjadi sebuah lumatan kasih sayang. Jisoo suka, ia selalu suka berbaur seperti ini dengan suaminya, sehingga Jisoo ingin hal yang lebih banyak lagi.
***
"Nenek, apa Papa dan Mama akan pulang hari ini?" Dengan raut cemberut yang lucu, Hyunsoo sudah bertanya lusinan kali sejak kemarin. Tentu saja, tipikal anak yang manja dan sangat bergantung pada orang tua kesayangannya, membuat anak kecil itu tidak mendapat ketenangan saat tidak dihadapkan dengan wajah sang Papa dan Mama.
Sooyoung yang berada di posisi tengah, membelai surai halus cucunya tersebut dengan penuh kasih sayang. Ia mengerti dengan perasaan Hyunsoo yang mungil, namun Sooyoung telah berjanji untuk tidak membocorkan perihal alasan Taehyung dan Jisoo yang memilih menginap di rumah mendiang Tuan Kim. Lagipula, Hyunsoo pasti akan semakin sedih saat mengetahui Jisoo sempat sakit.
"Sayang, Hyunsoo dengar sendiri kemarin Papa berjanji akan pulang hari ini. Cucu nenek tidak perlu cemas. Sekarang, ayo segera habiskan sarapan, dan kita berangkat sekolah."
Wajah Hyunsoo masih senantiasa cemberut. Tangannya yang memegang garpu, mengaduk tak minat pada salad buah yang dipersiapkan untuk sarapannya. Sungguh, hari ini Hyunsoo tidak punya semangat untuk mengawali paginya seperti hari-hari biasa.
"Selamat pagi."
Atensi antara nenek dan cucu yang menghuni meja makan, beralih pada sosok tinggi nan berseru—yang muncul dari ruang tengah. Wajah Taehyung terlihat berseri, membalas binar mata sang putra yang tampak begitu bahagia ketika menyadari keberadaannya.
Hyunsoo yang melihat kepulangan dua orang yang memang sudah ia tunggu-tunggu, lantas berlari menghampiri sang papa dan mama. Minta atensi untuk dipeluk—bahkan saat langkahnya masih berlari, yang tentu saja langsung dikabulkan, ketika Taehyung memilih menunduk. Dan—hap, umpan pelukan tepat sasaran.
"Astaga, coba lihat anak siapa yang manja ini?" Taehyung berseru hangat, ketika memberikan elusan di punggung sang putra.
Jisoo diam-diam mengamati dan merasa begitu hangat melihat keduanya. Dua lelaki yang sangat ia sayangi. Mereka berdua—Taehyung dan Hyunsoo telah memberinya banyak pelajaran untuk mengemban peran sebagai pribadi yang lebih baik lagi. Menjadi seorang ibu ternyata sangat membahagiakan, apalagi memiliki suami seperti Taehyung—salah! Jisoo tidak ingin yang seperti Taehyung, melainkan ia ingin Taehyung seorang saja!
"Papa dan Mama kemana saja? Kenapa tidak mengajak Hyunsoo? Hyunsoo begitu sedih."
Memilih ikut menunduk untuk sejajar dengan Taehyung dan Hyunsoo, Jisoo sempat berbagi senyuman dengan suaminya. "Maaf ya, Sayang," tangannya kian memberi elusan pula di rambut sang anak, "Papa dan Mama sedang mempersiapkan hadiah untuk Hyunsoo. Benarkan, Taehyung?"
Taehyung mengartikan senyuman itu sebagai persetujuan antara perkataan Jisoo dengan makna yang ia tangkap, sehingga kepalanya mengangguk membenarkan itu semua.
"Hadiah? Benarkah?! Hadiah apa, Papa?"
"Seorang adik untuk Hyunsoo."
"Uhuk!" Bahkan ia tidak sedang memakan ataupun minum sesuatu. Tapi bisa-bisanya Jisoo tersedak karena ucapan Taehyung. Sekarang, matanya mengerjap. Oh, pasti Taehyung menyangka alasan yang ia katakan tadi mengarah ke sana, padahal aslinya Jisoo hanya mencari persetujuan agar Taehyung kooperatif. Tapi sudahlah, lagipula memang ada benarnya.
"Adik?! Yang perempuan kan, Papa?! Hore! Apa sudah ada? Dimana?"
"Masih diusahakan. Papa juga tidak bisa berjanji untuk memberi yang perempuan. Tapi sebelum itu, sebagai calon kakak, Papa ingin Hyunsoo berjanji, baik laki-laki ataupun perempuan, Hyunsoo akan tetap menyayanginya."
Kepala kecil Hyunsoo tampak berpikir selama beberapa detik, yang kemudian langsung mengangguk dengan cepat setelahnya. "Berjanji! Lagipula adik laki-laki pasti akan seru juga! Kami bisa berbagi mainan nanti."
"Anak pintar."
KALAU YANG INI REAL PENDEK GUYS✌️✌️✌️
Maaf ya, aku nulis seadanya doang buat chapter ini. Takut nanti makin banyak pertimbangan mau nambah atau perbaiki ini itu, malah nggak update-update. Chapter ini buat pancingan mood nulis dulu akibat kelamaan pensi wkwkwk😹
Aku usahakan Sabtu Minggu ini buat nulis lagi. Doain aja semuanya lancar+moodnya bagussss😁
See you🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Young
RomanceSejak kecelakaan yang dialaminya Jisoo si gadis 17 tahun terjebak di tubuh wanita dewasa 32 tahun. Semuanya seolah tidak terkendali saat tahu-tahunya ia harus mengemban peran menjadi seorang ibu dan juga istri dari pria yang tidak ia kenali Publish:...