44

524 108 6
                                    

Jangan Lupa Vote & Komennya Teman-Teman

Sisca bangun dengan mata sembab sebab ia yang menangis sampai subuh, bahkan kepalanya terasa sedikit sakit saat bangun, gadis itu duduk di atas ranjang sembari memijat pelan kepalanya, sebelum mulai meraih ponselnya.

Ada sebuah pesan dari Shanka yang bertuliskan ucapan selamat pagi juga mengingatkannya untuk jangan melewatkan sarapannya, Sisca menatap sendu pesan tersebut sebelum beranjak dari ranjangnya, masuk ke dalam kamar mandi sebelum keluar dari kamarnya.

"Are you okey?" Zean bertanya sembari meletakan segelas susu ke depan kakaknya yang tengah duduk di sofa ruang tengah rumah mereka.

Sisca tak bersuara, gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban, mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja, namun Zean yang melihat mata sembab kakaknya itu sangat tak yakin dengan jawaban kakaknya, tapi ia memilih untuk diam tak lagi bertanya, pria itu memilih duduk di samping kakaknya dengan diam.

"Kamu semalem ngobrol apa sama kak Shanka?" giliran Sisca balik bertanya pada Zean.

"Gak ngobrol apa-apa, nyapa doang ngajakin masuk tapi kak Shanka nya bilang mau langsung balik" jawab Zean, menyembunyikan fakta ia yang menegur Shanka semalam untuk tak lagi membuat kakaknya menangis, takut Sisca merasa ia tak sopan pada Shanka.

Setelahnya kedua kakak beradik itu hanya diam, Sisca meraih segelas susu yang di buatkan Zean dan mulai meminum susu tersebut, "Kerjaan gimana dek?" tanya Sisca, di banding membahas perihal dirinya, ia lebih memilih bertanya mengenai adiknya.

"Aman kak, aku di percayain megang proyek pembangunan hotel baru Natio Grup, jadi aku sekarang lagi fokus sama proyek itu, ngawasin progres pengerjaannya, buat laporan ke atasan, gitu-gitu lah" jawab Zean, menjelaskan apa yang ia kerjakan akhir-akhir ini di perusahaan yang di pimpin Shanka.

"Karja yang baik dek, udah di kasih kesempatan kayak gitu berarti atasan kamu percaya sama kinerja kamu, harus bertanggung jawab, jaga kepercayaan" ucap Sisca menasehati adiknya.

"Iya kak"

"Terus ini kenapa gak berangkat ke kantor udah jam segini?" tanya Sisca sembari menatap layar ponselnya melihat jam yang sudah menunjukan pukul 10 pagi.

"Hari ini mau ke lokasi proyek agak siangan dikit, gak ke kantor dulu"

Sisca baru saja akan kembali menanggapi ucapan adiknya namun terhenti ketika mamanya keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapih nampak akan keluar, "Kemana ma?" tanya Zean.

"Mama ada urusan bentar, mau ketemu temen-temen mama" jawab mamanya sembari mulai memilih sepatu yang akan ia pakai, Zean mengangguk, namun Sisca tak begitu fokus menyimak percakapan adik juga ibunya itu, gadis itu malah terfokus pada tas yang di pegang mamanya.

Sisca mengerutkan keningnya melihat tas yang asing baginya, sepertinya itu pertama kalinya ia melihat tas itu, dari yang ia lihat tas itu adalah tas mahal dan keluaran terbaru yang membuatnya cukup bingung.

"Itu tas siapa ma?" tanya Sisca tak mampu menahan rasa penasarannya.

"Tas mama lah"

"Mama dapet uang dari mana beli tas mahal kayak gitu? Aku gak pernah ngasih mama uang sebanyak itu buat bisa beli tas mahal keluaran terbaru" ucapan Sisca itu membuat Zean ikut menatap mamanya.

"Ma please berhenti ngutang dimana-mana ma, kok mama gak ada kapok-kapoknya sih? Kita bahkan nyaris kehilangan rumah loh ma" Zean mulai terpancing emosi, benar-benar tak habis fikir dengan mamanya.

"Mama gak ngutang Zean! ini mama beli pake duat mama"

"Duit dari mana ma?" timpal Sisca kembali mempertanyakan darimana mamanya mendapatkan uang sebanyak itu sementara yang ia tau uang mamanya selama ini hanya darinya dan ia tak merasa memberikan uang dengan nominal sebanyak itu sampai mamanya mampu membeli barang mahal.

Golden RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang