4

906 152 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMENNYA TEMAN-TEMAN

Author POV

Pagi ini Sisca terbangun dengan suara ribut-ribut dari luar kamarnya, gadis itu segera duduk di ranjangnya, menatap sebentar layar ponselnya melihat jam di sudut layar ponselnya, pukul sembilan pagi, ada apa ribut-ribut di luar sana pikirnya.

Dengan segera Sisca turun dari ranjangnya lalu melangkah keluar dari kamarnya, dan pemandangan yang ia lihat diluar sana adalah Zean sang adik sedang di omeli habis-habisan oleh ibunya.

"Ma, ada apa sih ma? Kenapa marah-marah?" tanya Sisca sembari menempatkan dirinya di depan Zean, berhadapan dengan ibunya.

"Tuh adik kamu, jadi tukang parkir didepan supermarket, bikin malu aja" jawab sang ibu penuh emosi.

"Apa yang salah sama jadi tukang parkir?"

Sisca melihat sang ibu semakin melotot kan matanya, nampak semakin terpancing emosi mendengar jawaban Zean, "Apa yang salah kamu bilang? Gimana kalau temen-temen mama liat kamu jadi tukang parkir disana? Mau di taro di mana muka mama hah? Gimana kalau fans-fans kakak kamu liat kamu disana? Sisca kapten Aksara idol grup terkenal adek nya jadi tukang parkir, kamu mau bikin malu keluarga?"

Sisca berbalik menatap sang adik, "Bener kamu jadi tukang parkir disana dek?" tanyanya pelan pada Zean yang perlahan mengangguk sebelum menundukan kepala tak berani menatap Sisca.

"Biar Sisca yang ngomong sama Zean ma" ucap Sisca pada ibunya sembari menarik pelan tangan adiknya masuk kedalam kamarnya, meninggalkan sang ibu yang masih berkali-kali menghembuskan nafas kasar di luar sana.

Sisca mengunci pintu kamarnya sebelum duduk di atas ranjangnya dan memerintahkan Zean untuk ikut duduk disana menghadapnya.

"Kenapa dek? Uang yang kakak kasih gak cukup yah?" Sisca bertaya dengan intonasi yang begitu lembut, sangat berbeda dengan sang ibu, sementara Zean menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa dek?"

"Aku mau kerja kak, aku mau bantuin kakak nyari uang, aku gak bisa ngeliat kakak tiap hari harus kerja keras buat kita, sementara aku anak cowok tertua dirumah ini tapi gak bisa apa-apa, malah jadi beban buat kakak" ucap Zean menjelaskan apa yang ia rasakan selama ini.

Sisca menarik nafas dalam mendengar jawaban Zean, sedikit membayangkan mungkin jika ayahnya masih ada mereka tak akan seperti sekarang.

"Dek, kakak masih bisa biayain kalian, belum saatnya kamu untuk kerja, kamu gak perlu mikirin masalah uang, itu urusan kakak"

"Belum saatnya gimana kak? Kakak aja kerja udah dari kakak masih kecil, kakak bahkan gak kuliah demi kuliahin aku, masa aku gak bisa sih bantuin kakak?"

"Ze, dengerin kakak baik-baik, kalau kamu pengen bantuin kakak, carannya cuma satu, belajar yang bener, selesain kuliah kamu secepat yang kamu bisa, baru kamu boleh kerja bantuin kakak" Ucap Sisca menjelaskan dengan perlahan namun penuh ketegasan pada sang adik.

"Deal?" Sisca mengangkat tangannya kedepan Zean, menunggu adiknya menjabat tangannya.

Sementara Zean harus menghapus air mata yang menetes di pipinya terlebih dahulu sebelum ia menjabat tangan kakaknya, "Deal" ucapnya dengan setetes airmata yang kembali menetes ke pipinya, dan Sisca segera memeluk adiknya itu.

Sepusing dan sesusah apapun keadaan Sisca saat ini, ia tak ingin adik-adiknya ikut memikirkan hal yang sama, ia ingin adik-adiknya menjalani kehidupan mereka sesuai usia mereka, tak perlu memikirkan hal-hal rumit, cukup menjalani kehidupan seperti remaja pada umumnya.

"Hari ini ada kuliah?" tanya Sisca sembari mengulurkan palukannya.

"Iya, paling sejam lagi aku berangkat ke kampus"

Golden RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang