56

558 114 15
                                    

Jangan Lupa Vote & Komennya Teman-Teman

"Kamu seenaknya batalin meeting-meeting penting, buat Natio Grup di cap buruk sama klien-klien besar, buat kerugian besar untuk perusahaan, mabuk-mabukan, ninggali kerjaan berhari-hari, cuma karena urusan cewek, sekarang mohon-mohon minta bantuan nyari tuh cewek pake koneksi Natio Grup? Yang bener aja kamu Shan!"

Shanka menunduk di depan sang ayah yang tengah memarahinya sebab ia yang meminta ayahnya untuk mengizinkannya mencari Sisca dengan bantuan dari beberapa koneksi dan kekuatan Natio Grup.

"Gak bisa Shan, kamu gak bisa hidup seenaknya! Jangan kamu pikir kamu berkuasa cuma karena kamu direktur Natio Grup! Ayah masih hidup dan ayah masih pemilik sah Natio Grup, ayah gak bakal biarin kamu ngancurin perusahaan yang udah susah payah ayah bangun, apalagi cuma karena kamu yang tergila-gila sama perempuan!"

"Gak ada satupun karyawan Natio Grup yang bakal ayah izinin ngelakuin hal yang gak ada kaitannya sama sekali sama kerjaan perusahaan!" tambah sang ayah dengan begitu tegas, dan nampak telah berada pada keputusan finalnya.

Ayah Shanka mulai melangkah untuk meninggalkan anak sulungnya disana namun aksi Shanka selanjutnya cukup membuat ayahnya kaget saat Shanka menjatuhkan dirinya ke lantai dan dengan cepat memegang kaki ayahnya, menangis terisak disana sembari bersujud di kaki sang ayah.

"Yah maafin aku yah, maafin semua kebodohan aku, tapi aku mohon tolong cari Sisca, bantu aku nyari Sisca dengan koneksi ayah, aku bener-bener harus temuin dia yah" ucap Shanka menangis tersedu di kaki ayahnya.

"Nak udah nak, bangun nak" bunda Shanka segera berlari ke arah Shanka, menarik Shanka dan membawa anaknya itu ke dalam pelukannya, sang bundapun sudah ikut terisak melihat bagaimana anak sulungnya itu menangis bersujud di kaki ayahnya.

"Shanka harus temuin dia bun, Shanka harus temuin Sisca" Shanka terus mengulang kalimat itu dengan isak tangis memilukan sembari menarik diri dari sang bunda lalu kembali bersujud di depan ayahnya.

"Shanka mohon yah"

"SHANKA KAMU SADAR DONG! KAMU JADI KAYAK GINI HANYA KARENA DI TINGGALIN PEREMPUAN? KAMU BAHKAN BISA DAPETIN PEREMPUAN MANAPUN YANG LEBIH DARI DIA SHANKAAA! BERHENTI NYARI DIA!!"

"Dia hamil yah, dia hamil anak aku" Shanka akhirnya mengakui satu hal yang belum di ketahui orang tuanya.

Bundanya seketika mengangkat tangan menutupi mulut dengan wajah yang begitu kaget, sementara sang ayah menampilkan wajah yang lebih emosi dari sebelumnya.

"KETERLALUAN KAMU SHANKAA! BIKIN MALU KELUARGA!" Bentak sang ayah sembari menarik paksa kakinya dari tangan Shanka, dan membuat anak sulungnya itu sedikit terhempas.

"Shanka harus tanggung jawab yah bun, Shanka harus tanggung jawab, tolong cari dia" Shanka terus mengulang kalimat itu dengan isak tangis dan tubuh bergetarnya, sementara ayahnya sudah berjalan bolak-balik sembari memijat keningnya yang terasa pening sebab hal yang baru ia ketuhui perihal apa yang telah di lakukan putra kebanggaanya, dan sang bunda terus menangis terisak.

"KAMU MIKIR GAK SIH SHAN? KAMU MAU NGANCURIN NAMA KELUARGA KITA HAH? GIMANA SAMA PERUSAHAAN? GIMANA DENGAN KERJA SAMA NATIO GRUP DENGAN KLIEN-KLIEN BESAR? GIMANA KALAU MEDIA TAU TENTANG HAL INI? ANAK SULUNG KELUARGA NATIO NGEHAMILIN ANAK ORANG, BERITA KAYAK GITU YANG PENGEN KAMU DENGER HAH?" ayah Shanka nampak begtiu emosi, mengeluarkan segala kemarahannya pada anak sulungnya yang menurutnya telah melakukan hal yang tak seharusnya di lakukan, terlebih dimana Shanka menyandang status sebagai putra mahkota keluarga Natio, yang artinya Shanka menjadi wajah bagi keluarga juga perusahaan besar keluarganya.

"Yah please untuk kali ini aja bisa gak sih stop mikirin perusahaan ayah, ini masalah hidup aku yah, masa depan aku, bukan perusahaan ayah, gak semua hal berkaitan dengan perusahaan ayah" Shanka bersuara, membantah ucapan ayahnya.

Golden RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang