61

585 120 9
                                    

Jangan Lupa Vote & Komennya Teman-Teman

Sisca dengan cepat menghapus airmata yang mengalir di pipinya, tak ingin Shanka melihatnya kembali menangis, namun ia rasanya tak mampu menahan airmatanya melihat bagaimana Shanka saat ini tengah membersihkan apartemennya yang berdebu sebab lama tak di tinggali.

Shanka sang putra mahkota yang selama ini selalu di layani, selalu mengandalkan anak buahnya, kini tengah membersihkan apartemennya sendiri, mengangkat kain yang menutupi ranjang, juga sofa di kamar, lalu kini tengah menyapu kamarnya.

"Kamu ngantuk yah? Bentar yah sayang, aku bersih-bersih bentar yah, kamu tunggu disana aja gih, biar gak kena debu" ucap Shanka tanpa menatap Sisca, masih terus sibuk membersihkan kamarnya.

"Aku bantu yah"

"No no, jangan megang apapun sayang, kamu duduk aja disana tuh, ini biar aku yang urus" dengan cepat Shanka mencegah aksi Sisca yang berniat membantunya, pria itu malah menunjuk sofa ruang tengah yang tadi sudah ia bersihkan, mengisyaratkan Sisca untuk duduk disana sembari menunggunya berberes.

Jika kalian bertanya mereka sedang berada di mana, jawabannya adalah saat ini mereka sedang berada di apartemen Shanka yang ia beli secara diam-diam dulu sebelum ia berangkat ke Oxford, ia juga tak mengerti mengapa dulu ia membeli apartemen itu, namun hal itu begitu ia syukuri sekarang, sebab apartemen itu membantunya di situasinya sekarang.

Sisca akhirnya duduk di sofa seperti perintah Shanka sebab sedari tadi Shanka terus melarangnya yang ingin membantu, kata pria itu ia tak ingin Sisca terpapar debu yang ada disana, takut mempengaruhi kandungannya.

"Ini bener gak ada yang bisa aku bantu?"

"Bener sayang, tunggu aja disitu yah, bentar lagi selesai, tinggal aku pel nih" Shanka menjawab dari dalam kamar, dengan masih terdengar begitu sibuk berberes.

Sisca menarik nafas dalam, berfikir mengapa situasi mereka menjadi sesulit sekarang, tiba-tiba ia kembali mengingat apa yang terjadi di rumah Shanka tadi, bagaimana pria itu bertengkar dengan sang ayah yang membuat Shanka harus meninggalkan rumahnya, hati Sisca terasa begitu sedih, dadanya terasa sesak, benar-benar tak tega sang putra mahkota keluarga Natio itu sampai harus meninggalkan kehidupan nya demi bisa bersama dirinya, ia tau akan begitu susah untuk Shanka yang sudah terbiasa dengan kehidupan mewahnya sejak lahir, bahkan melihat Shanka beberes apartemen seperti saat ini saja begitu menyesakan baginya.

BRAK

"Aduh"

"Shan? Kenapa?" Sisca dengan cepat berdiri dari sofa dan melangkah masuk ke dalam kamar, dimana ia bisa melihat Shanka tengah tersungkur di lantai.

"Jangan kesini sayang, licin" Shanka mengangkat tangannya, mengisyaratkan Sisca untuk berhenti disana.

"Yaampun Shan gimana kamu gak kepeleset coba, ini airnya kamu guyur ke lantai?" Sisca menggelengkan kepalanya melihat lantai kamar apartemen itu yang seperti habis terkena banjir, air dimana-mana, dan memang kelihatannya begitu licin sebab Sisca juga bisa melihat busa sabun memenuhi lantai.

"Bukannya ngepel emang kayak gini yah?" Tanya Shanka sambil kembali berdiri dengan hati-hati, tangannya menghapus keringat di dahinya lalu menatap Sisca dengan cengiran dibibirnya.

"Udah di bilang tadi biar aku bantuin, sini biar aku aja"

"EH JANGAN JANGAN, STOP" Shanka masih bersikeras tak mengizinkan Sisca untuk masuk ke dalam kamar, terlebih keadaan lantai kamar saat ini yang begitu berbahaya untuk gadis itu.

Alhasil Shanka kembali membereskan kekacauan yang ia buat dengan Sisca yang setia berdiri di depan pintu kamar untuk memberikan arahan pada pria itu perihal apa yang harus ia lakukan.

Golden RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang