55

553 112 11
                                    

Jangan Lupa Vote & Komennya Teman-Teman

"SHANKAA!!"

"MAU JADI BERANDALAN KAMU?"

Ayah Shanka berteriak emosi melihat sang anak sulung lagi-lagi pulang larut malam dengan keadaan mabuk, namun Shanka nampak tak mendengarkan ayahnya, ia terus berjalan dengan sempoyongan masuk ke dalam rumah.

"BERHENTI!! AYAH MAU NGOMONG SAMA KAMU!!" Teriak sang ayah lagi dengan begitu emosi sembari menahan tangan Shanka yang berjalan melewatinya, dan detik berikutnya sang ayah di buat semakin emosi saat anak sulungnya itu menghempas keras tangan sang ayah.

"SHANKA!! UDAH MULAI KURANGAJAR KAMU HAAH!!"

PLAK

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Shanka, membuat Shanka yang tadi memang sedikit susah untuk menyeimbangkan tubuhnya akibat begitu mabuk akhirnya tersungkur di lantai, Shanka diam tak bersuara, ia hanya berusaha untuk kembali berdiri, tatapannya kosong, teriakan bahkan tamparan sang ayah seolah tak berpengaruh padanya, pria itu terlihat bagai mayat hidup, dengan lingkar mata yang menghitam dan wajah pucat pasih.

"AYAH BELUM SELESA-"

"Udah sayang udah" ucapan ayah Shanka terhenti saat sang istri berlari menghampirinya dan segera menahannya yang baru saja akan menarik Shanka.

Bersamaan dengan Christy yang terlihat berlari tergesa turun dari tangga lalu dengan cepat meraih tangan kakaknya, melingkarkan tangan Shanka ke pundaknya sementara tangan satunya memeluk pinggang Shanka, berusaha menuntun Shanka untuk berjalan, membawa kakaknya pergi dari hadapan sang ayah yang tengah emosi.

Christy cukup kesusahan menaiki tangga dengan harus menahan berat tubuh kakaknya yang terlihat sudah benar-benar mabuk, membuat ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk akhirnya sampai ke lantai dua rumahnya dan segera menujuh kamar Shanka.

Christy membaringkan kakaknya di atas ranjang, lalu mulai membuka sepatu Shanka, ia juga membuka kemeja kakaknya yang sudah basah oleh keringat juga bau alkohol yang menyengat, gadis itu mengambil satu kaos di lemari Shanka dan mulai membantu memakaikan kaos tersebut ke tubuh kakaknya.

Di tatap nya sang kakak yang sudah tertidur di ranjang, dan perlahan airmata Christy mengalir, melihat bagaimana keadaan kakaknya beberapa hari terakhir benar-benar menyesakan dada, Christy menyadari bagaimana kakaknya begitu mencintai seorang Sisca Saras Darren, dan bagaimana kepergian Sisca begitu berpengaruh pada hidup Shanka.

Hancur, mungkin satu kata itu mampu mendeskripsikan keadaan Shanka saat ini, pria itu benar-benar menghancurkan hidupnya sendiri, tak lagi ada Shanka seorang direktur Natio Grup yang berwibawa, terampil, dan begitu hebat, yang ada sekarang hanyalah Shanka yang selalu mabuk-mabukan, tak ingin mendengarkan orang lain, dan sama sekali tak memilik semangat hidup.

Christy menghapus airmata di pipinya, sebelum berbalik dan keluar dari kamar Shanka, tak ingin lebih lama disana karena rasanya begitu menyedihkan melihat keadaan kakaknya.

*****

Christy POV

Aku bangun pagi ini dan hal pertama yang aku lakukan adalah mengecek keadaan kak Shanka, aku masuk dengan hati-hati ke dalam kamarnya, tak ingin bersuara, takut jika dia masih tidur dan aku malah mengganggunya.

Dan benar saja, saat aku masuk aku bisa melihat kakak ku masih tertidur di ranjangnya, seketika hatiku kembali merasa sesak melihatnya, keadaannya beberapa hari terakhir begitu kacau, tepatnya setelah kak Sisca menghilang, kepergian kak Sisca benar-benar menghancurkannya, bahkan yang terjadi padanya lebih parah dari apa yang selama ini aku khawatirkan jika hubungannya dengan kak Sisca gagal.

Golden RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang