47

463 105 9
                                    

Jangan Lupa Vote & Komennya Teman-Teman

"Gimana progres proyek lu?"

Zean baru duduk di kursi kerjanya menyalakan laptop sembari menatap temannya yang bersebelahan dengan mejanya, "Aman, ini mau ngasih laporan ke pak Shanka" jawab Zean.

"Sarapan dulu aja yuk, pak Shanka nya juga kayaknya belum dateng"

Zean menatap jam tangannya, benar, masih terlalu pagi untuknya ke ruangan Shanka, bahkan bosnya itu pasti belum datang, Zean akhirnya mengangguk sebelum kembali berdiri bersama temannya untuk ke kantin di lantai paling bawah gedung kantor Natio Grup.

Adik Sisca itu mulai memilih makanan yang ingin ia nikmati pagi itu dari beragam menu yang ada di kantin dan di sediakan gratis oleh perusahaan untuk semua karyawan Natio Grup, perusahaan besar itu benar-benar menjamin para karyawan mereka.

"Gila yah lu tiap hari sibuk ngawasin proyek di lapangan tapi selalu tepat waktu nyelesain laporan, bener-bener gak heran sih gua lu di tawarin jadi karyawan tetap bahkan di percaya megang proyek"

Zean tersenyum menggeleng mendengar ucapan temannya, "Yah berusaha ngasih yang terbaik aja udah di kasih kepercayaan kan" jawabnya sebelum mulai makan dan temannya mengangguk sebelum ikut menikmati sarapan.

Mereka makan dengan sedikit mengobrol, sebelum tatapan Zean tertujuh pada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam kantin, Zean terus menatap pria itu, merasa seolah ia pernah melihat pria itu namun ia sama sekali tak tahu dimana, hanya saja wajah pria itu seperti tak asing baginya.

Zean masih menatap pria yang tengah mengambil makanan itu, melihat wajahnya, jas, dasi, jam tangan, bahkan sampi ke sepatu yang di kenakan pria itu, dan wajahnya seketika berubah kaget, bahkan mulutnya terbuka membentuk huruf O.

Dengan cepat ia meraih ponselnya, membuka grupnya bersama dua saudaranya dan kembali melihat foto yang di kirimkan Ravi 3 hari lalu, dan bergantian menatap pria yang tengah berdiri mengambil makanan itu, sebelum ia akhirnya yakin bahwa pria itu adalah orang yang sama dengan seseorang yang bertemu mamanya 3 hari lalu.

"Kenapa sih?" tanya temannya yang merasa bingung melihat bagaimana Zean tengah menatap seseorang, membuat Zean beralih menatap temannya sebelum kembali menatap pria itu "Itu siapa?" tanya Zean, merasa mungkin temannya tau siapa pria itu sebab temannya itu sudah lebih dulu bekerja di Natio Grup di banding dia.

"Pak Rendy" jawab temannya sembari mengikuti arah pandang Zean.

"Pak Rendy? Kok gua kayaknya baru kali ini ngeliat dia yah?" Zean masih terus menatap pria itu, sembari menerka-nerka apa hubungan pria itu dengan mamanya, karena jika ia lihat secara langsung pria itu masih cukup muda, sepertinya sepantaran dengan kakaknya.

"Iya dia emang jarang keliatan di kantor, tapi jangan salah, dia orang kepercayaan pak Shanka, sama kayak pak Gio"

"Orang kepercayaan pak Shanka?" Zean semakin bingung, berfikir jika memang pria bernama Rendy itu adalah orang dengan jabatan yang cukup penting disini mengapa ia sama sekali tak pernah melihat sosok Rendy di kantor.

"Iya sama kayak pak Gio posisinya, bedanya kalau pak Gio tangan kanan pak Shanka, pak Rendy ini di juluki tangan bayangan pak Shanka"

Zean beralih menatap temannya dengan serius, mengisyaratkan temannya itu untuk lanjut menjelaskan apa yang ia tau tentang pria bernama Rendy itu, yang jujur saja cukup misterius baginya.

"Dia di juluki tangan bayangan karena semua kerjaannya bersifat rahasia, kalau pak Gio ngurus segala urusan pak Shanka dengan terang-terangan, nah pak Rendy ini kebalikannya, ngurusin hal-hal yang gak bisa terang-terangan, termasuk ngurus pekerjaan-pekerjaan yang bermasalah dan udah gak bisa di tanganin dengan jalur yang bersih, yah lu tau lah setiap perusahaan besar pasti ada aja dikit-dikit main kotornya, dan itu semua pak Rendy ini yang ngurus dengan cepat dan tak terlihat" jelas teman Zean itu dengan sedikit berbisik, sementara Zean terlihat cukup kaget dengan apa yang ia dengar.

Golden RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang